Lazimkah Cerai tapi Tetap Serumah? (1)

Birgitta Ajeng

Penulis

Lazimkah Cerai tapi Tetap Serumah? (1)

Intisari-Online.com - Cerai tapi tetap serumah? Ya! Praktik seperti ini belakangan marak terjadi di masyarakat kita, terutama di kalangan selebritas. Pasangan suami-istri yang sudah bercerai tetap tinggal satu atap bersama anak-anak. Katanya sih, mereka melakukan ini demi anak. Mereka ingin tetap mengasuh anak bersama-sama meski sudah cerai.

(Baca juga: Yakin Mau Cerai?)

Tapi apakah benar keputusan ini baik untuk anak? Tika Bisono, seorang psikolog keluarga, secara tegas mengatakan bahwa pengorbanan seperti ini tidak realistis. Dilihat dari sudut psikologis, tinggal seatap meski sudah cerai sama sekali tidak memberi manfaat. Malah lebih banyak menimbulkan dampak negatif.

Anak jangan menyaksikan “perang”

Salah besar jika Anda beranggapan bahwa tinggal satu rumah setelah cerai merupakan pengorbanan untuk anak. Bila perceraian terjadi akibat ketidakcocokan, percekcokan, dan perselisihan, tak mungkin orangtua bisa menutup-nutupi terus konflik di antara mereka. Bahasa tubuh dan perubahan kebiasaan lambat laun akan diketahui anak. Si ibu dan bapak tidur di kamar berbeda dan mereka menjadi gampang marah.

Situasi dingin semacam itu akan semakin terasa. Tetap tinggal seatap tentu akan menyulut perang mulut dan adu argumentasi yang tidak mustahil akan berakhir menjadi kekerasan verbal maupun fisik.

Kalau ini yang menjadi “pemandangan” sehari-hari jelas tidak sehat bagi perkembangan kepribadian anak. Ini akan menjadi contoh yang buruk bagi anak. “Kehadiran fisik orangtua mungkin menyenangkan, tapi bagaimana kualitas kehadirannya? Kualitas hubungan orangtua yang jelek itu racun buat anak,” tegas Tika.

(Baca juga: Dampak Perceraian Pada Tumbuh Kembang Anak)

Selain itu, ada konsekuensi cukup berat yang harus ditanggung anak. Anak jadi sulit belajar mengembangkan komunikasi yang hangat dan penuh cinta. Bahkan situasi yang tidak kondusif seperti ini sangat mungkin mendorong anak tumbuh ke arah yang negatif. Misalnya ikut berkata dan bertindak kasar, kurang memiliki empati, tidak percaya diri, dan sebagainya. “Anak menjadi liar,” ungkap Tika.

Oleh karena itu, Tika dengan tegas memandang praktik cerai tapi tetap serumah sebagai kasus yang tidak lazim. Bukan saja karena bertolak belakang dengan hukum, tetapi juga berdampak buruk bagi anak.-bersambung-Tulisan ini ditulis di Majalah Intisari Extra Februari 2014: Inspirasi Cerdas Rumah & Keluarga dengan judul asli Cerai Tapi Serumah itu Tak Lazim.