Menjadi Ayah Rumah Tangga (1)

Inasshabihah

Penulis

Menjadi Ayah Rumah Tangga (1)

Intisari-Online.com. -Tak tabu lagi ketika seorang pria memilih menjadi pengurus rumah tangga; mengawasi rumah, memasak, membersihkan rumah, mengatur jadwal belajar anak, dan sebagainya. Mereka disebut Ayah Rumah Tangga atau ART. Harian Inggris Telegraph merilis data bahwa kini sudah ada 6% ayah atau setara dengan 600.000 pria melabel dirinya sebagai ayah rumah tangga.Menjadi ART tak selamanya enak, tapi juga tak seluruhnya tak enak. Berikut paparan mengenaimenjadi ayah rumah tangga.ART bukanlah kondisi terpaksa. Justru, psikolog Anna Surti Ariani, Psi.pernah menyatakan, saat ini jumlah ART yang terjadi dengan disengaja alias di luar alasan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) semakin besar dari tahun ke tahun. ART menjadi pilihan suami dan istri setelah menimbang banyak hal, demi kebaikan keluarganya.Di Indonesia, fenomena ART perlahan menyebar. Umumnya, ART terjadi pada pasangan muda kelas menengah perkotaan. Ada banyak faktor yang membuat pria berada di posisi ayah rumah tangga. Meski demikian, kultur patriarki yang didukung ego kelaki-lakian pria membuat ART masih kerap dipandang sebelah mata, bahkan memalukan.Namun, psikolog Ratih Ibrahim tidak setuju. Menurutnya, ART akan menjadi sesuatu yang dapat diterima di Indonesia, bahkan makin lama jumlahnya pun bertambah, terlepas dari budaya patriarki tersebut.“Budaya patriarki itu terjadi di seluruh dunia. Ketika demikian apakah membuat laki-laki berkurangvalue-nya? Tidak juga. Itu sangat terpulang pada komitmen dari dua pasangan itu. Sekarang mau yang diikuti apa? Kebutuhan, kepentingan, ataujudgementdari luar?” tukasnya.(Baca juga:Ayah Masa Kini Semakin Sadar Pentingnya Berbagi Peran dengan Istri)Pilihan, bukan terpaksaKenapa pria menjadi ART? Ada banyak jawabannya. Antara lain, pekerjaan suami memang memungkinkannya untuk banyak di rumah, jadi mudah untuk mengurus rumah sementara istri bisa bekerja di luar rumah.Suami juga bisa menjadi ART ketika sudah sepakat dengan istrinya untuk tidak menggunakan pembantu karena kesulitan mencari, tidak mudah percaya pada pembantu, ingin langsung mengasuh anak, atau kondisi ekonomi yang terbatas. Sehingga salah satu harus berkorbanstandbydi rumah.Alasan lainnya juga karena ‘kepraktisan’. Karena istri bekerja dan gajinya lebih tinggi, suamipun mau tinggal di rumah mengurus anak, maka jadilah suami berprofesi sebagai ART.Ratih Ibrahim memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, kehadiran ART di Indonesia terjadi karena beberapa alasan.Faktor pertama,berawal sejak 1998, kala krisis ekonomi membuat tak terhitung perusahaan yang harus gulung tikar. Banyak orang kehilangan pekerjaannya. Kondisi ini bergulir terus hingga 2008 kembali terjadi krisis ekonomi, dimana banyak orang di-PHK. “Dengan banyak perusahaan yang tutup itu, banyak bapak-bapak yang karena kehilangan pekerjaannya terus mereka tinggal di rumah,” tutur psikolog anak dan keluarga itu.Faktor kedua, tren bisnis yang makin feminis. Perempuan di Indonesia mulai memiliki peluang besar untuk mendapat gaji tinggi dan jabatan menjanjikan, yang juga berkah dari terbukanya akses pendidikan. “Itu membuat SDM perempuan menjadi lebihfavorabledaripada laki-laki. biarpun masih ada ranah-ranah industri yang tetep maskulin,” ucap Ratih.Muncul pula istilahalpha wife, dimana istri menapak karier sehingga ia menjadibreadwinner(pencari nafkah utama), menggeser posisi sang suami yang mengurus rumah.(Baca juga:Tips Bagi Ayah dan Ibu Yang Bekerja)Faktor ketiga, perempuan merupakan sumber daya yang memilikiopportunityberkarir yang besar berkat ketangguhan mereka. Perempuan cenderung lebih agresif. Perempuan merasa harus berjuangg, sehingga mereka menjadi lebih agresif dalam berkarier. Ini membuat laki-laki semakin banyak kehilangan pekerjaan.Menurut Ratih, pria mulai tahu diri. Ketika perempuan sudah membuktikan diri mampu meraih penghasilan lebih tinggi, para suami pun mendedikasikan dirinya sebagaifull timeayah rumah tangga. Karena tren makin menjamur, menjadi tidak memalukan lagi ketika seorang pria menjadi bapak rumah tangga sementara istrinya jadipolitician, CEO di perusahaan besar, atau pegawai pemerintahan.Perlu diingat, ketika sudah sah menjadi ayah rumah tangga, bukan berarti Anda jadi tak bebas bekerja. Justru, ada banyak pekerjaan yang bisa Anda lakukan di rumah, sembari mengawasi anak dan mengurus rumah. Menyenangkan, bukan?>>Menjadi Ayah Rumah Tangga (2)