Find Us On Social Media :

Realistis dalam Memilih Sekolah Anak (2)

By Birgitta Ajeng, Selasa, 20 Mei 2014 | 07:30 WIB

Realistis dalam Memilih Sekolah Anak (2)

Intisari-Online.com - Jika pun harus memilih sekolah, Harini Tunjungsari, psikolog pendidikan dari Universitas Atma Jaya, Jakarta, menyarankan agar orangtua lebih bersikap realistis dalam memilih sekolah anak.

Orangtua harus belajar menoleransi jika dihadapkan pada kenyataan bahwa sekolah tidak memberi sesuatu kepada anak sesuai harapan orang-tuanya. Bahkan seringkali jauh panggang dari api.

(Baca juga: Mengapa Anak Perlu Lepas dari Gadget?)

Terlepas dari apa pun kondisinya, setidaknya ada empat pertimbangan yang menurut Harini tidak bisa diabaikan.

1. Perkirakan kemam­puan (dan kebahagiaan) anak.

Tidak perlu memaksakan anak bersekolah di tempat yang suasana persaingannya sangat kuat jika orangtua tahu anaknya tidak tahan stres dan mudah putus asa. “Mung­kin dengan bersekolah di tempat yang ‘biasa-biasa saja’ anak justru bisa belajar mendalam karena tidak stres,” papar Harini. Belajar dengan perasaan bahagia juga dapat mem­berikan hasil yang baik.

2. Perkirakan kesanggupan fisik anak.

Tidak perlu memaksa­kan anak bersekolah di lokasi yang jauh, terlebih jika orangtua menge-nali fisik anaknya sering tidak fit.

3. Pertimbangan tentang sekolah lanjutannya.

“Jika menggu­nakan sekolah dengan dasar kuri­kulum nasional plus, pertimbang­kan apakah nantinya anak akan cocok melanjutkan pendidikan di sekolah kurikulum nasional biasa,” imbau Harini. Sebab berdasarkan pengalaman Harini menangani klien, anak dari sekolah alam perlu adaptasi ekstra untuk bisa duduk tenang di sekolah reguler. “Jadi saat memasukkan anak ke satu jenjang pendidikan, mulai pikirkan juga jenjang lanjutannya."

(Baca juga: Mengapa Pria Selingkuh?)

4. Pertimbangkan masalah biaya.

Kita mafhum, tidak semua orangtua memiliki dana pendidikan yang tak terbatas. Jika orangtua memilih untuk bekerja ekstra demi menyekolahkan anak, ada baiknya si anak diajari untuk menghargai usaha itu sehingga ia belajar dengan baik.

Namun pembelajaran tentang makna kerja keras orang-tua sebaiknya disampaikan sedemikian rupa. Tujuannya, agar orangtua tetap bijak jika suatu saat menemui kenyataan bahwa anaknya mengalami kesulitan bel-ajar. “Kesulitan belajar yang dialami anak tidak selalu berarti anak itu malas,” kata Harini tegas.

-bersambung-

---

Tulisan ini ditulis oleh Rusman Nurjaman di Majalah Intisari Extra 1001 Solusi untuk Keluarga Muda dengan judul asli Realistis dalam Memilih Sekolah Anak.