Penulis
Intisari-Online.com - Kendati usia pacaran tidak berpengaruh terhadap kondisi kehidupan rumah tangga kelak, namun ada baiknya seseorang mengesampingkan sikap terburu-buru ingin menikah dan berusaha memahami pasangan. Ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menikah menurut konsultan pasangan kaum muslim, Dr. Nafisah Sekandari dan suaminya, Hosai Mojaddidi.
1. Jangan berharap bisa mengubah pribadi pasangan
Banyak pria menikahi perempuan dengan harapan pasangannya tidak berubah setelah menikah. Sebaliknya, kaum perempuan berharap pasangannya akan berubah setelah menikah dengannya. Misalnya, berharap setelah menikah dan punya anak, si dia akan mengurangi kebiasaannya berbicara kasar. Hal ini boleh dibilang hanya harapan kosong. Sebab tak ada yang bisa menjamin pernikahan bisa membuat seseorang berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
(Baca juga: Kapan Pasangan Menikah Perlu Konsultasi Seksual?)
Sebaliknya, terkadang seseorang justru berubah menjadi lebih buruk setelah menikah. Jika Anda tidak bisa menerima seseorang apa adanya, atau malah membayangkan seseorang akan menjadi apa yang Anda inginkan setelah menikah, jangan pernah nikahi dia! Ada banyak hal yang dianggap sebagai perbedaan yang signifikan yang membuat seorang lelaki dan perempuan tak bisa bersatu, di antaranya soal ideologi, religi, kebiasaan, faktor kebersihan, serta kemampuan berkomunikasi.
2. Lihat karakter pasangan
Anda merasa memiliki ikatan kimia yang kuat serta saling ketertarikan satu sama lain dengan pasangan sejak bertama kali bertemu. Kedua hal tadi memang penting dalam menjalin hubungan. Namun karakter Anda berdua memiliki makna melebihi dua hal tadi.
Sebuah pepatah kuno mengatakan, “chemistry menimbulkan api, namun karakter lah yang mampu menghidupkan api itu selamanya.” Maka, jatuh cinta sebaiknya jangan dijadikan satu-satunya alasan Anda untuk memutuskan menikah dengan pasangan.
Sebab jatuh cinta akan membuat Anda membuat bingung, apakah Anda benar-benar mencintainya atau sekadar menyukai fisiknya saja. Sementara karakter yang ada di dalam diri seseorang antara lain memiliki faktor kemanusiaan, kebaikan, tanggung jawab, serta kebahagiaan.
3. Jangan abaikan kebutuhan emosional pasangan
Baik lelaki maupun perempuan sama-sama memiliki kebutuhan emosional. Dan agar sebuah hubungan bisa berjalan mulus, kebutuhan emosional ini idealnya dapat dipenuhi secara seimbang, jangan berat sebelah. Kebutuhan emosional perempuan yang paling dasar adalah merasa ingin dicintai. Sementara pada pria kebutuhan emosional yang paling dasar adalah ingin dihargai.
Agar perempuan bisa merasa dicintai, sang pria sebaiknya dapat memberikan 3A: Attention (perhatian), Affection (rasa sayang), dan Appreciation (penghargaan). Sementara agar si pria merasa dihargai, pihak perempuan bisa memberikan 3R: Respect (rasa hormat), Reassurance (rasa tenteram), dan Relief (rasa aman).
Tiga hal tadi adalah hal yang patut dilakukan oleh setiap pasangan dengan seadil-adilnya demi terciptanya hubungan yang sehat, bahagia, dan memiliki ikatan batin yang kuat. Selama kebutuhan emosional ini terpenuhi oleh kedua belah pihak, keintiman dalam hubungan mereka dengan sendirinya akan terjadi. Intinya, jangan segan untuk saling memberi, sebab memberi untuk pasangan tak akan ada ruginya.
4. Rencanakan kehidupan selanjutnya berdua
Dalam sebuah pernikahan, Anda berdua bisa sama-sama tumbuh dan berkembang sebagai pasangan suami istri, atau bahkan tumbuh sendiri-sendiri. Ini tergantung dari bagaimana Anda berdua menyikapi kehidupan berumah tangga.
Berbagi banyak hal dalam porsi yang sama akan membuat Anda berdua selalu tumbuh dan perkembang ke arah yang lebih baik bersama-sama. Sebaliknya, jika Anda berdua memiliki rencana jangka panjang masing-masing, tentu Anda berdua tak mungkin tumbuh dan berkembang bersama. Jika demikian, apa gunanya Anda menikah dan hidup bersama?
(Baca juga: Menanyakan Keperawanan Pasangan, Pantaskah Dilakukan?)
5. Sebisa mungkin hindari seks pra nikah
Ketahui lebih jauh, mengapa orangtua kita selalu memberi pesan agar tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Tujuannya tentu baik, bukan hanya didasarkan pada pikiran kuno atau ketinggalan zaman. Melainkan agar tidak ada salah satu pihak yang mendapatkan kekerasan atau dirugikan secara seksual.
Sebab seks dipercaya menjadi salah satu hal yang bisa merusak hubungan yang telah serius dijalin, dan lama-kelamaan bisa hancur berantakan dalam waktu singkat. Lebih jauh dari itu, hubungan dewasa yang sehat akan lebih kepada membina hubungan secara emosional ketimbang hanya sekadar berhubungan seks saja.
Nah, itu tadi beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menikah. Semoga bermanfaat. (tabloidnova.com)
-bersambung-