Find Us On Social Media :

Ini Upaya Membuat Anak Senang Belajar

By Birgitta Ajeng, Jumat, 20 Juni 2014 | 15:00 WIB

Ini Upaya Membuat Anak Senang Belajar

Intisari-Online.com - Keadaan sosio-ekonomi yang kurang menunjang acap kali berpengaruh pada prestasi anak. Misalnya, tidak adanya tempat belajar tersendiri, penerangan yang tidak memadai, banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam rumah yang kecil sehingga keadaan yang hiruk pikuk tidak memungkinkan anak untuk dapat memusatkan konsentrasinya dengan baik dan tentu tidak membuat anak senang belajar.

Lingkungan kedua setelah rumah adalah sekolah. Sikap guru yang kejam dan galak, kurang berkomunikasi dengan murid, metode pengajaran yang kurang tepat dan terlalu cepat, materi pelajaran yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan latar belakang kehidupan anak, ditambah lagi dengan permusuhan dengan teman, semua itu bisa menghambat prestasi anak.

(Baca juga: Bantu Anak Mengendalikan Emosi)

Keadaan masyarakat atau lingkungan tempat tinggal, misalnya anak "harus" hidup dalam lingkungan masyarakat yang kurang baik - seperti di daerah yang penuh dengan mereka yang sering mabuk-mabukan, tempat perjudian, pelacuran, dll. – juga akan berpengaruh bagi perkembangan jiwa dan prestasi anak.

Segi fisiologis yang menjadi perhatian utama adalah soal kesehatan anak. Dalam keadaan sakit, penglihatan atau pendengarannya terganggu, anak tentu tidak mudah berkonsentrasi ataupun menyerap pengetahuan yang diberikan. Anak yang mengeluh sering pusing atau setiap kali menonton televisi selalu mengerutkan matanya, perlu segera diperiksakan matanya ke dokter.

Pemberian makanan bergizi sesuai dengan perkembangan serta usia anak tentu juga sangat penting. Anak yang kurang gizi sehingga pertumbuhan otaknya ikut terganggu tentu prestasinya bisa terhambat. Untuk mengurangi tingginya laju angka tinggal kelas di sekolah dasar, bisa ditempuh melalui berbagai upaya asalkan sebelumnya diketahui dengan jelas apa yang melandasi anak kurang bersemangat dalam belajar.

Dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya berlangsung interaksi instruksional, tetapi juga interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan-sentuhan emosional sehingga anak senang belajar.

(Baca juga: Anak Belajar Bahasa (1): Ingat, Anak Meniru Ucapan Ibu)

Kalau sekali waktu anak gagal meraih prestasi, atau pahitnya sampai tidak naik kelas, hendaknya disikapi dengan empati, bukannya dihujani dengan serentetan makian atau hukuman yang merendahkan harga diri si anak.

Untuk memperbaiki prestasinya, hendaknya ditelusuri penyebabnya. Kalau perlu, minta bantuan ahli atau guru kelasnya. Sebaliknya, berikan apresiasi (penghargaan misalnya pujian yang wajar, tidak selalu harus dalam bentuk materi) setiap kali anak menunjukkan prestasi. Anak butuh kasih sayang dan perhatian dari orang-orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua!

Kebutuhan anak bukan sekadar sandang dan pangan yang memadai, tetapi juga kasih sayang, perhatian, serta rasa aman yang cukup agar anak senang belajar. Kemanjaan dan perlindungan yang berlebihan justru bisa mengembangkan sikap kurang mandiri pada diri anak.