Ini Gejala Depresi Pada Anak

Birgitta Ajeng

Penulis

Ini Gejala Depresi Pada Anak

Intisari-Online.com - Berbeda dengan penyakit fisik, depresi sulit untuk dideteksi. Dra. Suhati Kurniawati, psikolog perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI mengatakan, "Wajar jika orangtua tidak menyadarinya, penyebab depresi pada anak bentuknya terselubung dan bermacam-macam. Variasinya sangat banyak sehingga sulit dibedakan mana yang hanya berupa stres dan mana yang sudah termasuk depresi." Namun, tetap saja ada gejala depresi pada anak yang bisa dilihat secara kasat mata.

"Rata-rata depresi pada anak diawali dengan cara bicara anak yang monoton, cenderung datar, kehilangan minat akan sesuatu. la tidak lagi tertarik bermain dan lebih memilih menyendiri," kata psikolog yang akrab disapa Iin itu.

(Baca juga: Kemampuan Bicara Pengaruhi Prestasi Anak)

Umumnya, anak-anak yang dilanda depresi memiliki pandangan buruk mengenai diri sendiri dan dunia. la merasa orangtuanya tak sayang lagi.

"Kejadian (di masa) lalu masih diingatnya. Kalau pernah ditegur atau dimarahi orangtuanya, sakit hatinya masih membekas dan selalu dibesar-besarkan. Pada awalnya, anak masih menyalahkan orang lain. Lama-kelamaan ia menyalahkan dirinya sendiri secara berlebihan. Ia merasa buruk, tidak layak dicintai, dan (layak) dijauhi. Padahal kenyataannya orangtua si anak bersikap baik, begitu pula teman-temannya masih mengajaknya bermain. Sikap orangtua dan teman-temannya itu jadi tidak berarti lagi karena ia sudah punya penilaian buruk tentang dirinya."

Masih banyak gejala depresi pada anak yang bisa jadi patokan untuk melihat anak yang mengalami depresi. Misalnya saja perhatian anak terpecah dan sulit berkonsentrasi. Emosi tak stabil, gampang marah dan menangis, kelihatan sedih sepanjang waktu, sulit menemukan aktivitas yang menciptakan kegembiraan, sering membicarakan kenangan dan pikiran yang mengingatkan pada kesedihan.

"Umumnya, mereka kehilangan selera makan. Pada sebagian anak terjadi pola makan secara berlebihan karena dorongan hati," terang Iin. Selain itu pola tidur terganggu. Anak sering terbangun di malam hari karena mimpi buruk, sulit bangun di pagi hari, atau seharian penuh ingin tidur saja. "Sebagian anak mengeluh cepat lelah. Bangun tidur pun ia sudah lelah."

Di luar rumah, hubungan dengan teman sebaya memburuk. Ia cenderung menarik diri dan tidak tertarik bermain dengan teman sebaya atau berkelahi hanya karena persoalan sepele. Ia enggan pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Ia juga cenderung mengabaikan tugas-tugas sekolah atau kegiatan setelah sekolah.

Di rumah ia kehilangan minat ikut serta dalam kehidupan di rumah. Hubungan dengan saudara atau kerabat dekat mengalami perubahan. Sakit perut dan sakit kepala juga menjadi keluhan fisik yang kerap terjadi.

(Baca juga: 'Mencetak' Anak Cerdas Di Rumah)

Gejala lainnya, tiba-tiba anak tidak pernah tertawa lagi dan kehilangan selera humor. Atau, bisa pula ia menertawakan hal-hal yang sebetulnya tidak lucu. Antara yang ia tertawakan dengan tawanya sendiri tidak proporsional.

Namun, jangan lantas memvonis anak menderita depresi begitu gejala depresi pada anak tadi muncul. Untuk mengetahui kapan kita perlu mencurigainya sebagai depresi, Iin memberi batasan dua minggu. Bila dalam dua minggu anak kembali pada perilaku normal sebelumnya, Anda bisa lega. Namun, bila perilaku depresif bertahan lebih dari dua minggu, ini berarti anak Anda memerlukan perhatian khusus, bahkan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

---

Tulisan ini ditulis oleh Nis Antari di Majalah Intisari edisi November 2006 dengan judul asli Diajak Bermain, Depresi Anak Meluntur.