Main Boneka Tidak Menjadikan Anak Laki-Laki Feminim

Mohamad Takdir

Penulis

Main Boneka Tidak Menjadikan Anak Laki-Laki Feminim

Intisari-Online.com - Boneka atau mainan alat-alat masak memang identik sebagai mainan anak perempuan. Tak heran jika banyak orangtua yang seolah menabukan anak laki-laki mereka untuk bermain boneka. Padahal, menurut psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo, main boneka tidak menjadikan anak laki-laki feminin. Terlebih bagi anak laki-laki yang masih berusia balita.

(Baca juga: Kisah Pembuat Boneka)"Anak usia balita, satu sampai lima tahun, sedang dalam masa eksplorasi sehingga seharusnya tidak dibatas-batasi. Jika memang suka memainkan boneka, jangan dilarang," tuturnya dalam talkshow "Play IQ... Lebih dari Main" pada Kamis (3/7/2014) di Jakarta.Namun supaya tidak terjadi yang dikhawatirkan, Vera menyarankan supaya ada pendampingan saat anak bermain. Misalnya setiap anak bermain boneka, orangtua mengajarkan si anak laki-laki untuk berperan sebagai ayahnya."Dengan begitu anak belajar perannya sebagai laki-laki harus bagaimana," ujarnya.Orangtua pun tidak perlu khawatir bila kecenderungan main boneka masih bertahan selepas usia balita. Seiring bertambahnya usia anak, biasanya kebiasaan main boneka akan menghilang dengan sendiri.

(Baca juga: Boneka Bukan Mainan)

Meski membiarkan anak laki-laki bermain boneka, nilai-nilai gender harus ditanamkan di dalam kehidupan sehari-hari sejak dini kepada anak. Vera mencontohkan, anak laki-laki saat dipakaikan celana, pujilah dengan kata-kata "ganteng", dan sebagainya.Melarang anak bermain, apalagi tanpa memberikan pengertian dan alasan justru akan membuat anak penasaran untuk terus memainkannya. Prinsip ini juga berlaku bagi anak perempuan. Jadi tak perlu takut main boneka tidak menjadikan anak laki-laki feminim. (Kompas)