Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah penelitian baru di Inggris mengungkap, ketimbang pengguna mobil, pesepeda dan pejalan kaki justru lebih bahagia. Hasil penelitian tersebut menemukan, seseorang yang "aktif" menggunakan sepeda, atau angkutan umum dalam perjalanannya ke kantor memiliki kadar stres yang rendah, ketimbang mereka yang berkendara atau di belakang kemudi.Tim peneliti lantas mengamati sekitar 18.000 orang Inggris berusia 18-65 tahun yang menggunakan komuter untuk bekerja selama 18 tahun. Dari catatan tersebut, didapat sebesar 73 persen responden bekerja dengan mengendarai mobil, 13 persen jalan kaki, dan 3 persen naik sepeda. Sementara, 11 persen lainnya menggunakan transportasi umum untuk bepergian ke tempat kerja.Dari data tersebut, peneliti mendapatkan informasi terkait kesehatan mental masing-masing responden, mulai dari perasaan tak bahagia, tidak bisa menghadapi masalah, hingga menderita susah tidur karena stres. Selain itu, peneliti juga ikut menyesuaikan dengan faktor lain, seperti jumlah pendapatan responden, jumlah anak, riwayat pindah pekerjaan, hingga perubahan dalam hubungan, seperti putus cinta atau bercerai.Di akhir studi, peneliti menemukan, mereka yang gemar menggunakan sepeda atau berjalan kaki jauh lebih bahagia ketimbang yang naik mobil atau kendaraan umum. Mereka juga menemukan, orang yang memilih untuk bersepeda, berjalan, atau naik kendaraan umum dalam perjalanan ke kantor memiliki indeks massa tubuh lebih rendah. Di sisi lain, mereka yang mengubah kebiasaannya, dari naik mobil atau bus, menjadi naik sepeda atau jalan kaki ke tempat kerja terbukti jauh bahagia. Para peneliti menduga, alasan di balik pesepeda dan pejalan kaki justru lebih bahagia ketimbang pengguna mobil adalah bahwa mengemudi menimbulkan isolasi sosial, stres, dan rasa bosan yang mampu menghancurkan suasana hati dan kondisi psikologis. "Anda mungkin berpikir, bahwa keterlambatan hingga kerumunan khas transportasi umum membuat penumpang rentan stres. Sebaliknya, justru dengan naik bis atau komuter, mereka jadi bisa rileks, membaca, atau bersosialisasi," sambung Adam Martin, seorang peneliti senior di Norwich Medical School di University of East Anglia di Inggris. (Womenshealth)