Find Us On Social Media :

6 Kalimat yang Sebaiknya Tidak Diucapkan Orangtua (1)

By Birgitta Ajeng, Jumat, 7 November 2014 | 08:00 WIB

6 Kalimat yang Sebaiknya Tidak Diucapkan Orangtua (1)

Intisari-Online.com - Kehidupan yang serba cepat dan sibuk bisa membuat orangtua lupa diri saat berkomunikasi dengan anak. Hasilnya, beragam kalimat yang seharusnya tak didengar buah hati pun menjadi santapan sehari-hari. Padahal, beberapa kalimat memiliki kemampuan untuk memengaruhi hingga menyakiti hati si kecil. Berikut ini enam kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan orangtua.

1. “Duh, kamu ini kebangetan…

Anak-anak, khususnya anak usia dini, memercayai begitu saja apa yang mereka dengar tanpa banyak bertanya. Salah satunya, label negatif yang disematkan pada mereka. kalimat yang melabeli justru akan menjadi pengakuan yang semakin membuat anak yakin bahwa ia memiliki sifat seperti yang “dituduhkan”. Misalnya, ketika anak berlaku kasar terhadap teman dan Anda memarahinya dengan menyebut si kecil “nakal”.

Sebaiknya, Anda memberi tahu bahwa kebiasaan atau perilaku tersebut kurang baik, tanpa menyebut kata sifatnya. Misalnya, “Putri sangat sedih, lo, waktu kamu bilang ke teman lain agar tidak bermain bersama dia. Yuk minta maaf dan hibur.”

2. “Dasar cengeng…

Menangis adalah cara seorang anak, khususnya anak-anak usia dini, untuk mengekspresikan perasaan mereka. ketika mereka kesal, lelah, atau takut, mereka akan menangis. Wajar memang jika orangtua lebih mengidamkan anak yang jarang menangis. Namun, menyebut anak sebagai cengeng tentu tidak tepat, juga tidak bermanfaat.

Kalimat seperti ini hanya akan mengirimkan pesan ke anak bahwa apa yang dirasakan anak itu tidak tepat. Menangis itu salah. Jadi, alih-alih melontarkan ucapan yang “menyakitkan” seperti itu, sebaiknya kenalkan anak pada emosi yang ia rasakan lebih dulu. Misalnya, “Kamu pasti kesal, ya, waktu Gisel bilang tidak mau lagi berteman. Tidak apa-apa, teman yang lain, kan, masih banyak. Mama juga nanti ikut temani kamu bermain, deh…”

Dengan demikian, Anda telah membantu memberinya kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaan.

3. “Contoh, tuh, kakak kamu…

Jika anak enggan belajar sementara kakaknya tak perlu lagi disuruh untuk mengerjakan PR, bukan berarti Anda bisa langsung membanding-bandingkan keduanya. Pasalnya, kegiatan membanding-bandingkan ini tak selalu berhasil membuat anak terpacu untuk seperti kakaknya.

Membandungkan anak dengan saudara atau teman-temannya menunjukkan bahwa Anda menginginkan anak menjadi seseorang yang berbeda. Bahkan bila sampai memaksa anak untuk mengerjakan sesuatu yang tak ia sukai atau belum saatnya dia lakukan, bisa-bisa membuat anak bingung dan kehilangan kepercayaan dirinya sehingga ia merasa tak disayang dan kecil hati hingga dewasa nanti.

Jadi, coba gantilah kalimat Anda dengan kalimat seperti, “Hebat, ya, kalian berdua, makan pagi habis. Mama senang, deh.”