Bagi Pria Berbelanja Adalah Sebuah Teror?

Birgitta Ajeng

Penulis

Bagi Pria Berbelanja Adalah Sebuah Teror?

Intisari-Online.com - Bagi wanita, berbelanja seperti bicara – tidak memerlukan maksud khusus atau tujuan tertentu dan dapat dilakukan dengan cara tak menentu selama lebih dari beberapa jam. Tidak juga memerlukan hasil yang pasti. Wanita menganggap berbelanja itu menyegarkan dan santai, tidak peduli apakah mereka membeli sesuatu atau tidak. Sedangkan bagi pria berbelanja adalah sebuah teror.

Menurut buku Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps karya Allan dan Barbara Pease, setelah berbelanja dalam 20 menit, otak pria akan menjadi sangat pening. Bagi seorang pria untuk merasa bersemangat, ia memerlukan tujuan, sasaran dan waktu tertentu dalam berbelanja.

Pria menjadi cemas dan frustrasi di dalam sebuah toko pakaian ketika seorang wanita mencoba-coba beberapa potong baju, menanyakan pendapatnya dan akhirnya tidak membeli apa-apa. Wanita suka mencoba-coba sederet pakaian yang dipajang karena hal itu sesuai dengan pola otak mereka – sederetan emosi dan perasaan dan setiap pakaian yang berbeda mencerminkan perasaan yang berbeda pula.

Masih dari buku yang sama, pakaian seorang pria mencerminkan susunan otak pria – dapat diterka, konservatif, dan sederhana. Seorang pria yang berpakaian dengan baik biasanya memiliki seorang wanita yang memilihkan pakaiannya. Sehingga sangat mudah bagi kita untuk menandai seorang pria bujangan.

Jelaslah mengapa bagi pria berbelanja adalah sebuah teror. Untuk memberikan motivasi seorang pria pergi belanja, beri dirinya kriteria yang jelas – warna, ukuran, merek, gaya – dan katakan padanya di mana Anda akan berbelanja dan berapa lama. Dengan tujuan yang jelas, seorang pria akan lebih bersemangat berbelanja.