Find Us On Social Media :

Pertama Kalinya, 138 Negara Serentak Memperingati Hari Epilepsi Dunia

By Monalisa Darwin D, Kamis, 29 Januari 2015 | 18:00 WIB

Pertama Kalinya, 138 Negara Serentak Memperingati Hari Epilepsi Dunia

Intisari-Online.com - Dunia akan memperingati International Epilepsy Day 2015 untuk pertama kalinya tepat pada 9 Februari nanti dan akan berlangsung setiap tahunnya. Hal ini disampaikan oleh dr. Irawaty, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI) dalam seminar “Unmask Epilepsy! Terapi yang Tepat Akan Mengurangi Gejala Kekambuhan” (29/01).

Dengan adanya peringatan Hari Epilepsi Dunia yang diprakarasi oleh The International Bureau for Epilepsy (IBE) dan The International League Against Epilepsy (ILAE) ini, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat serta menginformasikan tentang fakta-fakta terkait epilepsi ke seluruh masyarakat. Dalam seminar juga disampaikan data dari WHO yaitu 40-50 juta manusia di dunia adalah Orang Dengan Epilepsi (ODE) dan 85% berada di negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Epilepsi telah dikenal sejak lama dan menjadi penyakit yang ditakuti masyarakat. Masalah serius muncul karena adanya stigma terhadap ODE . Stigma terhadap ODE berasal dari lingkungan keluarga hingga petugas kesehatan. Padahal, jika mendapat pengobatan yang tepat maka akan meningkatkan kualitas hidup ODE.

Stigma terhadap ODE akan menyebabkan diskriminasi, seperti dikucilkan, tidak diterima dalam pekerjaan atau sekolah, hingga mengalami depresi. Dengan inilah ODE maupun keluarga ODE menutup diri sehingga tidak melakukan pemeriksaan. Dengan begitu, epilepsi bukan sekadar masalah kejang namun masalah psikososial.

Mengapa masyarakat takut dengan ODE? Kurangnya pengetahuan adalah faktor terbesar. Epilepsi bukan penyakit yang menular, “baik melalui air liur maupun darah, tidak hubungannya dalam penularan epilepsi” tutur dr. Irawaty.

Epilepsi adalah penyakit neurologi menahun yang dapat mengenai siapa pun, hal ini tidak memandang batasan usia, gender, suku, ekonomi, maupun sosial. Di Indonesia, sekitar 1,1-8,8 juta orang diperkirakan adalah ODE dengan prevelensi tinggi ada pada bayi serta anak-anak dan manula.

Dan di Indonesia juga terdapat Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI) yang ingin membantu dalam peningkatan upaya mengatasi masalah epilepsi terutama pada aspek psikososial.

Dengan melakukan terapi yang tepat, yaitu dengan mengurangi kegiatan elektrik yang berlebih atau mengurangi rangsangan yang diterima saraf otak maka akan mengurangi kecenderungan otak memperoleh bangkitan. Dengan begitu, kualitas hidup ODE akan meningkat. Pengobatan yang bisa diperoleh ODE adalah dengan Obat Anti Epilepsi (OAE), namun dalam penggunaannya harus sesuai dengan indikasi yang jelas. Jika tidak, maka risiko kekambuhan malah akan meningkat.

Melalui peringatan ini maka diharapkan masyarakat jauh lebih tahu mengenai epilepsi dan meninggalkan stigma terhadap ODE. Dengan topik “epilepsy is not just a seizure”, Hari Epilepsi Dunia ini akan serentak diselenggarakan oleh 138 negara.