Find Us On Social Media :

Wanita Memperdaya Diri Sendiri saat Menilai Bad Boy Layak Jadi Pasangannya

By Ade Sulaeman, Selasa, 3 Februari 2015 | 08:00 WIB

Wanita Memperdaya Diri Sendiri saat Menilai Bad Boy Layak Jadi Pasangannya

Intisari-Online.com - Kaum wanita kerap menyatakan dirinya menyukai para pria nakal alias bad boy. Bahkan sebuah temuan menunjukkan wanita memperdaya diri sendiri saat menilai bad boy layak menjadi pasangannya, termasuk menjadi ayah bagi anak-anaknya.

Temuan tersebut merupakan hasil penelitan yang dilakukan sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Kristina Durante dari University of Texas, San Antonio, Amerika Serikat.

Pria-pria yang digolongkan sebagai bad boy biasanya mereka yang menyukai musik keras, tidak suka berpakaian rapi, dan agak urakan. Termasuk di antara mereka adalah pria-pria yang memiliki tato di tubuhnya.

Dalam suatu sesi wawancara dengan Intisari, psikolog seks Zoya Amirin juga pernah menyatakan banyak wanita selingkuh dengan bad boy, meski mereka sudah memiliki pasangan yang ‘baik’.

Hanya saja, seperti dituturkan dr Jerry Bruns, penulis buku The Tiger Woods Syndrome, belum ada penjelasan neurologi dan neurokimia mengenai alasan wanita memperdaya diri sendiri saat menilai bad boy layak menjadi pasangannya.

Namun sebuah studi yang dilakukan pada para wanita single berhasil menunjukkan adanya reaksi otak yang secara khusus terjadi saat wanita melihat sosok bad boy. Dengan otak yang dipindai, para wanita tersebut diperlihatkan beberapa gambar pria yang memiliki wajah lembut menggemaskan serta pria dengan garis wajah tegas dan berkarakter nakal. Ternyata, tanpa mereka sadari, ada area otak tertentu yang bekerja lebih aktif saat melihat sosok bad boy.

“Area otak yang lebih aktif adalah saat wanita melihat gambar pria yang cenderung berpenampilan 'nakal'.  Tipe pria seperti itu lebih menarik dan mengindikasikan penilaian berbeda untuk mereka,” tutur Bruns.

Jadi, meski belum ada alasan jelas mengapa wanita memperdaya diri sendiri saat menilai bad boy layak menjadi pasangannya, proses di otak tersebut rasanya bisa menjadi jawaban sementara untuk fenomena tersebut. (kompas.com)