Find Us On Social Media :

Inilah Alasan Orangtua Dilarang Bantu Anak Kerjakan PR Matematika

By Ade Sulaeman, Kamis, 27 Agustus 2015 | 17:00 WIB

Inilah Alasan Orangtua Dilarang Bantu Anak Kerjakan PR Matematika

Intisari-Online.com - Bagi sebagian orang, matematika bukanlah mata pelajaran yang digemari karena dianggap sulit. Pun hal demikian berlaku bagi anak-anak, sehingga mengerjakan pekerjaan rumah (PR) matematika terkadang menjadi hal yang tidak mereka senangi. Beberapa orangtua pun akhirnya turun tangan membantu buah hati mereka untuk memecahkan soal-soal matematika yang terbilang rumit.

Namun, sayangnya terkadang Anda malah ikut stres dalam membantu mengerjakan PR matematika anak. Sehingga, stres ini pun berpotensi menjalar ke anak dan membuat anak semakin tidak menyenangi mata pelajaran matematika. Oleh sebab itu, ada baiknya orangtua tidak lagi membantu anak mengerjakan PR matematika.

Dalam sebuah studi teranyar yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 dan 2 SD, para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua dengan kecemasan terhadap matematika cenderung lebih sulit dalam belajar mata pelajaran tersebut. Selain itu, anak pun akan merasakan kecemasan yang sama terhadap matematika, hanya jika orangtua mereka membantu mengerjakan PR.

Tidak hanya itu, semakin orangtua membantu anaknya mengerjakan PR, maka akan semakin buruklah performa akademis anak, bahkan menurun hingga lebih dari sepertiga nilai yang diperoleh sebelumnya. Akhirnya, ini tentu akan membuat anak semakin takut dengan matematika.

"Orangtua tidak boleh menyabotase anak mereka. Namun, kita sebagai orangtua harus memastikan bahwa input mereka positif. Mereka harus memiliki kesadaran sendiri akan kecemasan terhadap matematika," ujar Sian L Beilock, psikolog kognitif dari University of Chicago, Amerika Serikat.

Untuk meneliti, para ahli menguji 438 orang anak dari 29 sekolah negeri dan swasta guna mengetahui kemampuan dan kecemasan mereka terhadap matematika baik pada awal dan akhir tahun ajaran. Selain itu, orangtua mereka pun harus mengisi kuesioner. Penelitian ini adalah yang pertama kali meneliti dampak kecemasan orangtua terhadap matematika kepada anak.

(Sakina Rakhma Diah Setiawan/kompas.com)