Pasien Kanker Bisa Kehilangan Sidik Jarinya

Lintang Bestari

Penulis

Pasien Kanker Bisa Kehilangan Sidik Jarinya

Intisari-Online.Com -Sidik jari merupakan salah satu hal mendasar yang membedakan kita dengan yang lainnya. Sidik jari sangat unik, permanen, dan tidak bisa ditiru. Namun, menurut laporan pada England Journal of Medicine seorang pasien kanker bisa kehilangan sidik jarinya.

Hal tersebut terjadi kepada wanita berusia 65 tahun pengidap kanker payudara. Suatu hari, bank menolak melayaninya karena wanita tersebut tidak memiliki sidik jari. Ternyata, sidik jari wanita itu hilang akibat obat-obatan dari kemoterapi yang dijalaninya.

Pasien kanker bisa kehilangan sidik jarinya merupakan versi ekstrim dari penyakit kanker, yang dinamakan Hand-Foot Syndrome. Penyakit ini menyerang lebih dari setengah pengidap kanker yang rutin mengonsumsi obat kanker. Gejala dari Hand-Foot Syndrome meliputi tanda merah dan bengkak pada tangan juga kaki.

Menurut onkologis dari Rumah Sakit Umum Massachussets, Don Dizon, sulit untuk mengetahui berapa banyak orang-orang yang terkena penyakit tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat biasanya tidak sadar jika sidik jarinya hilang karena mereka jarang menggunakan sidik jari dalam kehidupan sehari-hari. “Kasus-kasus yang berhasil diidentifikasi berasal dari bank tadi atau pada perbatasan Amerika Serikat yang memang membutuhkan sidik jari,” kata Dizon.

Namun, semenjak sidik jari terintegrasi dengan penggunaan smartphone atau sistem pengenalan lainnya, ada kemungkinan kita bisa mengetahui kasus kehilangan sidik jari lebih banyak.

Karena Hand Foot Syndrome merupakan efek samping dari obat-obatan penyelamat hidup, para dokter biasanya sudah menangani gejalanya. Dizon menyarankan pasiennya untuk mendinginkan tangan dan kaki mereka untuk mengurangi pembengkakan. Bagi sebagian orang, tangan dan kaki mereka akan kembali normal jika berhenti kemoterapi. Namun, belum ada penelitian yang menjelaskan apakah sidik jari yang hilang bisa dikembalikan. “Saya tidak yakin. Kami harus melakukan studi terhadap pasien lebih lama lagi,” jelas Dizon. (time.com)