Penulis
Intisari-Online.Com -Menurut sebuah studi, anak-anak cenderung memiliki penyakit tidur sambil berjalan (somnabulism) jika orangtuanya mengalami hal yang sama. Studi yang dipublikasikan pada jurnal JAMA Pediatrics menemukan fakta bahwa lebih dari 60% anak-anak yang memiliki somnambulism ternyata kedua orangtuanya juga sering tidur sambil berjalan. Penyakit tidur sambil berjalan ternyata ada faktor keturunan.
Para peneliti melihat data tidur dari 1.940 anak-anak yang memiliki sejarah gangguan tidur (termasuk mereka yang sering teriak dan ketakutan saat tidur). Bersamaan dengan itu, para orangtuanya yang memiliki penyakit tidur sambil berjalan pun diberikan pertanyaan melalui kuesioner.
Data tersebut menunjukkan penyakit tidur sambil berjalan ternyata ada faktor keturunan. Anak-anak yang orangtuanya memilki penyakit tidur sambil berjalan beresiko mengidap somnambulism 3 kali lipat dibanding mereka yang tidak. Sebanyak 61,5% anak-anak dengan orangtua sleepwalker mengidap penyakit tersebut.
“Penemuan ini menunjukkan poin penting kalau faktor genetik ternyata sangat berpengaruh pada penyakit tidur berjalan dan gangguan tidur lainnya. Orangtua yang memiliki sejarah penyakit ini bisa mengetahui ada kemungkinan anaknya akan terkena juga. Oleh sebab itu, maka mereka harus mempersiapkan segalanya dari sekarang agar hal tersebut bisa dicegah,” tulis salah satu peneliti di juranal tersebut.
Secara keseluruhan, anak-anak yang mengalami gangguan tidur berusia 2,5 hingga 13 tahun sebanyak 29,1% sementara anak-anak yang sering mimpi buruk saat tidur usia 1,5 hingga 13 tahun sebanyak 56,2%. Mereka yang sering mengalami mimpi buruk atau teror dalam tidurnya kemungkinan besar akan memiliki penyakit tidur sambil berjalan dibandingkan dengan anak-anak yang tidur nyenyak. (time.com)