Penulis
Intisari-Online - Ibu melahirkan yang mengalami stres tentu saja akan mempengaruhi kesehatannya terutama berkaitan dengan produksi Air Susu Ibu (ASI). Seperti diketahui ASI merupakan asupan paling baik bagi bayi, baik secara kualitas maupun kuantitas. Penelitian WHO menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama merupakan cara optimal untuk memberi asupan gizi pada bayi. Setelahnya, bayi harus diberikan makanan pendamping selagi terus diberikan ASI hingga usia dua tahun atau lebih.
Nah, ketika produksi ASI terganggu maka kesehatan bayi pun akan menjadi taruhannya. Namun, untuk mengatasi hal ini, kita mengenal hypno-breastfeeding.
Hypno-breastfeeding merupakan usaha alami yang menggunakan energi alam bawah sadar untuk memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Dasar dari hypno-breastfeeding adalah relaksasi. Dengan menurunkan tingkat stres, ibu akan mampu meningkatkan produksi ASI.
Untuk mengenalkan hal ini ke masyarakat, Philips Indonesia, menegaskan komitmennya untuk terus mendukung para ibu (terutama ibu bekerja) agar dapat terus menyusui. Salah satu hal yang dilakukan adalah mengadakan seminar awam bagi ibu di Bandung mengenai pentingnya menyusui bagi tumbuh kembang si buah hati.
Dalam seminar tersebut, terapis hypno-breastfeeding ternama, Fonda Kuswandi, membantu para ibu, terutama ibu bekerja yang sedang menyusui, untuk dapat menyeimbangkan tingkat stres dari pekerjaan mereka dengan menyusui buah hati untuk jangka waktu yang selama mungkin.
“Ada beberapa aspek dasar untuk dapat sukses menyusui. Ibu harus berpikiran positif, rileks, tidak stress dan percaya diri. Salah satu cara terbaik untuk menciptakan kondisi pikiran tersebut adalah melalui hypno-breastfeeding,” ungkap Ibu Fonda Kuswandi.
“Seluruh sel, organ, dan hormon sang ibu akan bekerja secara seimbang, sehingga akan membantu menyusui secara optimal bagi ibu dan juga bayinya, yang nakan dapat membantu memastikan anak dapat tumbuh sehat dan pintar,” imbuhnya.
Seperti diketahui, menyusui masih menjadi hal yang sulit dilakukan oleh para ibu bekerja di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan fasilitas pendukung menyusui di kantor-kantor milik pemerintah maupun swasta. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa 52,7% ibu menyusui bayi mereka selama satu bulan pertama. Namun, angka prosentase ini turun menjadi 30,2% saat sang bayi menginjak usia enam bulan.