Find Us On Social Media :

Para Pemain Olahraga Berbahaya Ini Sering Alami Trauma Otak

By Lintang Bestari, Kamis, 8 Oktober 2015 | 13:00 WIB

Para Pemain Olahraga Berbahaya Ini Sering Alami Trauma Otak

Intisari-Online.Com - Football merupakan olahraga berbahaya. Meskipun dengan pakaian pelindung, kaki keseleo, cedera otot hingga patah tulang merupakan bagian dari olahraga tersebut. Namun, hasil penelitian selama tujuh tahun mengatakan cedera kepala pada pemain football remaja merupakan yang terparah. Dan orangtua harus memberikan perhatian khusus.

“Kami melihat perubahan aktivitas otak meskipun tanpa diagnosis, maupun tanpa tanda-tanda dan gejala gegar otak sebelumnya,” kata Larry Leverenz, profesor klinis di bidang kesehatan dan kinesis, Purdue University.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada Purdue Neurotrauma Group, hampir setengah pemain football yang berpatisipasi pada studi tersebut menunjukkan adanya perubahan fungsi neurologis dan perubahan dramatis pada saluran dan biokimia otak mereka. Trauma otak banyak terjadi pada pemain football remaja. “Bukan hanya neuron yang berbahaya, tapi juga sel-sel glial yang merupakan pembuluh darah,” ujar Eric Nauma, profesor teknik mesin dan biomedis di Purdue University.

“Pada dasarnya, pada football, setengah pemainnya pasti mengalami perubahan tersebut. Beberapa di antara mereka sembuh, tapi ada juga yang tidak sehingga mereka tidak bisa ikut bermain di musim selanjutnya. Dan hal itu membuat kami khawatir,” tambah Eric.

Para peneliti menempatkan sensor pada atlet-atlet untuk merekam dampak dari cedera otak, beberapa scan otak dan tes kognitif untuk mengecek fungsi neurologis mereka selama percobaan. Para peneliti menemukan bahwa benturan di kepala yang selama ini tidak dianggap serius ternyata paling berbahaya karena mereka tidak diperhatikan. Ketika terjadi berulang kali, mereka tidak menyadarinya dan akhirnya menimbulkan masalah otak dalam kurun waktu yang lama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para peneliti mengembangkan alat yang lebih baik untuk melindungi kepala dari benturan. “Kita tidak bisa mengubah atau menghapus permainan. Satu-satunya cara adalah membuat sesuatu yang tetap bisa menjaga semangat permainan agar para pemain tetap aman dan penonton juga menikmati pertandingan,” kata Leverenz. (foxnews.com)