Penulis
Intisari-Online.com - Teknik dan metode sunat terus mengalami perkembangan. Meski demikian, ternyata ada kendala yang bisa menyebabkan anak-anak berbobot besar alias obesitas sering "ditolak" dokter saat akan disunat.
Juliana akhirnya lega karena putranya, Rifqi Bintang Khairan (10) berhasil disunat. Sebelumnya, Bintang sudah ditolak di dua klinik saat akan disunat gara-gara penisnya tertimbun lemak sehingga dokter merasa kesulitan melakukan khitan.
"Pernah konsultasi ke sebuah rumah sakit tapi Bintang disuruh diet satu bulan dan diterapi hormon. Tapi anak saya susah kalau diet, makannya memang banyak. Sedangkan untuk terapi hormon saya takut," kata Juliana.
Apa yang dialami Bintang sering juga dialami anak-anak bertubuh subur lainnya. Biasanya dokter memang menyarankan anak diberi terapi hormon agar penis bisa lebih besar dan panjang sehingga proses khitan mudah.
Menurut Zainal Abdi, Marketing Manager Klinik Rumah Sunatan, dari 11.000 pasien sunat pertahun di 27 cabang, sekitar 10 persennya adalah anak gemuk.
"Banyak yang datang ke klinik kami dari berbagai kota karena sulit mencari dokter yang mau melakukannya," kata Zainal.
Kesulitan mencari klinik atau dokter pada akhirnya membuat tindakan khitan jadi tertunda, bahkan sampai usia pubertas. Kondisi tersebut tentu dapat membuat anak menjadi minder.
Tingkat kesulitan
Menurut penjelasan dr.Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf, memang ada beberapa hal yang membuat anak gemuk sulit disunat karena anatomi penisnya tersembunyi.
"Kalau penanganannya keliru risikonya adalah kulup kembali lagi sehingga mau tidak mau pasien harus menjalani perbaikan sunat yang disebut reparasi sunat. Namun tindakan ini juga tidak mudah dilakukan," kata Mahdian.
Ia mengatakan, karena batang penis anak gemuk tenggelam oleh lemak, dokter yang melakukan sirkumsisi sering sulit menentukan seberapa banyak kulit kulup yang dipotong.
"Bila kulit kulup yang dibuang terlalu banyak, penisnya akan terlihat pendek pada saat ereksi. Tapi kalau diambilnya terlalu sedikit justru seringkali penisnya kulup kembali atau seperti tidak disunat," kata dokter yang terbiasa menangani sunat gemuk ini.
Mahdian menjelaskan, pada anak yang berat badannya normal, saat kulit kulup dipotong maka terbentuknya jaringan baru bisa ditahan oleh batang penis. "Kalau anak gemuk tidak, lemaknya terlalu tebal sampai kepala penisnya tidak keluar," ujarnya.
Dengan teknik khusus, menurut Mahdian, sebenarnya anak gemuk yang penisnya terlalu kecil atau pun tertimbun lemak, tetap bisa disunat. "Teknik sayatan dan jahitannya juga khusus, termasuk jarum suntik dan benangnya," katanya.
Selain tekniknya, perawatan pasca khitan juga berbeda. "Orangtua perlu sangat hati-hati menjaga kebersihan di area genital. Setiap habis pipis atau berkeringat, harus dijaga kebersihannya supaya tidak ada jamur atau bakteri. Ini karena lukanya relatif lebih lama keringnya," katanya.
Perawatan lainnya adalah kulup penis harus sering ditarik agar tidak ada perlengketan. "Sunat gemuk hasilnya bisa sama seperti anak yang normal saat pubertas atau berat badannya turun," paparnya.
Ia menyarankan agar sebelum sunat, orangtua menyiapkan mental anak. "Anak perlu tenang selama tindakan karena proses penjahitannya lebih lama," katanya.
Setelah disunat, Mahdian juga menyarankan agar berat badan anak dijaga dengan mengatur polal makan dan meningkatkan aktivitas fisik.
(kompas.com)