Find Us On Social Media :

Inilah Bahaya Terselubung Permainan 'Candy Game' bagi Anak-anak

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 23 Desember 2015 | 08:00 WIB

Inilah Bahaya Terselubung Permainan 'Candy Game' bagi Anak-anak

Intisari-Online.com - Penikmat gawai canggih, sepertinya akan mengenal permainan yang satu ini: Candy Game. Tapi wasapadalah, ada bahaya tersembunyi di balik nikmatnya memainkan game melenakan ini, terutama untuk anak-anak. Menurut sebuah penelitian, Candy Game memicu anak-anak untuk mengonsumsi makanan manis lebih banyak.

Menurut Frans Folkvord, ilmuwan ilmu perilaku dari Radboud University, anak-anak mengonsumsi permen, snack, atau soda 55% lebih banyak setelah bermain permainan tersebut. Ada kemungkinan ini terpengaruh oleh iklan tersembunyi di candy game. Kesimpulan  ini didapat setelah dia meneliti lebih dari seribu anak yang hobi bermain candy game.

“Berbeda dengan televisi, di mana segmen iklan terpisah dari acara utama dan kita bisa membedakannya dengan jelas, iklan di Candy Game dicampur dengan konten sehingga lebih sulit dikenali sebagai iklan. Ada situs-situs produsen makanan yang mengandung permainan, menawarkan anak-anak pilihan berbagi game dengan teman-teman mereka,” ujarnya.

Folkvord menambahkan, banyak anak tidak mengenali bahwa ada iklan dalam permainan itu. Bahkan ketika nama-nama merk dan logo jelas terlihat. Selain itu, tidak peduli apakah game yang dimainkan bertema buah atau permen, anak-anak tetap makan lebih banyak permen setelah bermain. Akibatnya, rata-rata mereka mengasup 72 kalori  lebih banyak dibanding anak yang tidak suka bermain candy game.

Meskipun begitu, dua tahun setelah penelitian dimulai, Folkvord tidak menemukan hubungan antara makan permen dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, snack dan permen tetap diduga kuat memiliki efek yang tidak sehat. Menurut hasil penelitiannya, indeks massa tubuh anak-anak yang tidak bermain Candy Game lebih rendah dari anak-anak yang main Candy Game.

Tak hanya itu, anak-anak yang tidak main Candy Game juga belajar untuk memuaskan rasa lapar mereka dengan pilihann sehat seperti apel. Sementara anak-anak penyuka Candy Game cenderung memuaskan rasa lapar mereka dengan makanan manis.

Folkvord berpendapat, perlunya diskusi tentang larangan iklan makanan yang ditujukan untuk anak-anak. Ia, bekerja sama dengan University of Barcelona, merumuskan rekomendasi kepada Uni Eropa dalam hal ini. “Kami khawatir anak-anak gagal untuk belajar perilaku makan yang sehat. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa iklan tersebut mendorong anak-anak menjadi  kelebihan berat badan,” tegasnya.

Folkvord dan peneliti lain, termasuk atasannya Profesor Moniek Buijzen, membuat daftar dan mengevaluasi literatur tentang pemasaran untuk anak-anak dan perilaku makan. Hasil evaluasi menunjukkan, janji-janji produsen untuk mengurangi iklan mereka kepada anak-anak tidak dilaksanakan. Dan memang itulah tujuan Flokvord dan rekan-rekannya sesama peneliti.