Find Us On Social Media :

Pasangan Ini Kembali dari Amerika Serikat untuk Mendirikan Cagar Alam Swasta Pertama di India

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 23 Maret 2016 | 16:30 WIB

Pasangan Ini Kembali dari Amerika Serikat untuk Mendirikan Cagar Alam Swasta Pertama di India

Intisari-Online.com - Terselip di antara perbukitan Kodagu di Ghats Barat, India bagian selatan, SAI Sanctuary tampak asri. Ini bukan hanya tentang cagar alam swasta pertama di India, tapi ini adalah tentang pasangan suami-istri yang kembali ke Negeri Sungai Gangga ini dari Amerika Serikat untuk mengabdikan diri kepada kelestarian hayati.

SAI alias Save Animals Initiative didirikan oleh pasangan suami-istri Dr Anil Malhotra dan Pamela pada 1991. Malhotra yang lahir dan dibesarkan di India telah menghabiskan beberapa dekade—bekerja dan berkeluarga—di Amerika Serikat. Pada pertengahan 1980-an, ia dan istrinya kembali ke India untuk menjaga ayahnya yang sakit keras.

Tak lama berselang, pasangan ini memutuskan tinggal di India. Mereka membeli tanah seluas 55 are yang kondisinya sangat gersang. Selama dua dekade berikutnya, mereka getol menanami tanah tandus itu dengan beraneka pepohonan dan memperluas areanya menjadi 300 are.

“Hutan adalah pengatur iklim. Sebagaimana perubahan iklim terus berlangsung, hutan diharapkan bisa mereduksi efeknya,” ujar Pamela kepada Mashable.

 

Secara bertahap, spesies fauna yang sebelumnya tidak diketahui rimbanya dikembalikan lagi. Saat ini, cagar alam ini disebut sebagai “Bahtera Nuh” lantaran keanekaragaman hayatinya yang kaya. Tempat ini menjadi salah satu pelabuhan beberapa spesies fauna yang terancam punah seperti harimau bengal, macan tutul, musang, berang-berang sungai, ular, anjing liar India, serigala, rubah, dan gajah Asia.

Tak hanya itu, sanctuary ini juga menjadi rumah bagi 300 jenis burung.

“Oleh beberapa naturalis, tempat ini disebut sebagai bank benih, di mana kita harus menggunakannya untuk (membantu) hutan pemerintah di masa yang akan datang,” tambah Pamela. “Cagar alam ini memiliki banyak spesies yang telah menghilang di daerah lain di Ghats Barat.”

Situasi ini sangat kontras dengan ketika pasangan ini membeli tanah ini pertama kali. Meski dikenal sebagai area perkebunan kopi, lahan tersebut sangat gersang. Hal itu disebabkan oleh banyaknya petani yang mencoba menanam kopi tapi gagal. Lahan kemudian ditinggalkan begitu saja.

Pasangan ini fokus pada penanaman tanaman asli seperti kapulaga. Mereka juga bekerja sama dengan penduduk setempat untuk menghentikan perburuan ilegal dan pembalakan liar. Mereka juga memberi edukasi kepada para penduduk itu tentang pentingnya pelestarian lingkungan.