Penulis
Intisari-Online.com -Segerombolan babi hutan 'teradiasi' ditemukan mengamuk di dekat pembangkit tenaga nuklir Fukushima. Babi-babi ini, yang dalam empat tahun jumlahnya populasinya meningkat hingga 300 persen, merusak lahan pertanian di daerah tersebut.
Sekitar 13 ribu babi hutan berada di zona eksklusi yang membentang dalam radius 12 mil dari pabrik itu. Sejak bencara nuklir Fukushima tahun 2011 lalu, kerusakan pertanian yang disebabkan oleh babi-babi hutan ini dua kali lipat dibanding sebelumnya.
Tak hanya pertanian, babi hutan juga menghadirkan ancaman bagi keselamatan publik. Kabarnya, hewan-hewan ini telah menyerang beberapa warga setempat yang sedang jalan-jalan di kota-kota terdekat. Menurut Yomiuri, pemerintah Fukushima telah menawarkan hadiah bagi siapa pun yang bisa memburu babi-babi ini.
Namun nyatanya, upaya para pemburu itu hanya menghadikan efek minor terhjadap keberadaan babi-babi hutan itu. Populasi mereka, semakin hari semakin bertambah banyak.
Para ilmuwan dari Fukushima University Environmental Radioactivity Institute, yang secara khusus melakukan penelitian terhadap penyebaran bahan radioaktif di daerah tersebut, mengatakan bahwa babi-babi itu telah meninggalkan kotoran-kotoran mereka dalam jumlah besar di rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya.
“Babi hutan bersama dengan rakum telah mengambil keuntungan dari zona evakuasi, memasuki rumah kosong di kawasan yang rusak oleh bencara, dan menggunakannya sebagai tempat berkembang biak dan membuang kotoran,” ujar asisten profesor ekologi Okuda Keitokunin kepada Mainichi.
Masalah lainnya, setelah mati, daging mereka tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia—karena adanya zat radioaktif di dalam tubuhnya. Kuburan massal untuk babi-babi itu kabarnya bahkan kelebihan isi, oleh sebab itu sebagian dikremasi.
Sejauh ini belum ada bukti ilmiah bahwa babi-babi itu telah terkena dampak radiasi. Meski demikian, para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa radiasi telah merusak hewan-hewan kecil, seperti tikus, dan tanaman-tamanan. Di area radiasi tinggi, kerusakan DNA telah ditemukan pada cacing tanah dan mutasi pertumbuhan pada cemara.(Mirror Online)