Penulis
Intisari-Online.com – Kisah fiktif ini adalah kisah yang luar biasa dari seorang anak yang sangat aneh.
Anak ini selalu menginginkan yang bukan miliknya. Mainan sepupunya, pakaian teman-temannya, buku orang tuanya. Ia menjadi sangat iri bahkan rambut di kepalanya pun akhirnya punya rasa iri.
Suatu hari, entah bagaimana mulanya, mahkota di kepalanya berwarna hijau. Rupanya, si rambut iri melihat rambut lain berwarna hijau, akhirnya rambut anak ini pun menjadi hijau. Keesokan harinya, rambut di bagian bawah rambutnya ternoda oleh sesuatu yang biru. Melihat hal ini, sekali lagi semua rambut lainnya akhirnya berwarna biru. Hari demi hari, rambut anak itu berubah-ubah warna, ya karena didorong oleh rasa iri si rambut.
Semua orang menyukai rambut anak itu yang selalu berubah warna, kecuali anak itu sendiri. Ia selalu menginginkan apa yang orang lain punya, tentu saja, ia pun ingin memiliki rambut seperti yang orang lain punya. Suatu hari, ini sangat membuatnya marah, sehingga ia menarik rambutnya. Satu helai rambut tipis tercabut, dan ia membuangnya ke lantai.
Wah, rambut lain di kepala anak itu, ketika melihat hal ini, merasa iri, akhirnya mereka membiarkan diri lepas dari kepala anak itu. Dalam satu menit, kepala anak itu pun plontos, botak tanpa rambut satu pun. Ekspresi anak itu benar-benar terkejut.
Setelah banyak mengeluarkan air mata dan mengamuk, anak itu pun mengerti bagaimana semua itu terjadi, dan bagaimana semua itu menjadi konsekuensi alami dari rasa iri hatinya. Akhirnya ia memutuskan, sejak saat itu, ia akan mencoba menikmati apa yang ia punya. Tanpa terobsesi dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
Mencoba dengan menjalankan keputusannya itu, ia mengubah kepala plontosnya menjadi kanvas pribadinya. Sejak saat itu, ia melukis sesuatu yang indah di kepala botaknya. Orang-orang menikmati apa yang dilakukannya. Anak itu pun akhirnya berkembang menjadi salah satu yang terbaik di dunia, yaitu menjadi seniman.
Rasa iri adalah akibat dari tidak tahu bagaimana menghargai apa yang sudah kita miliki.