Find Us On Social Media :

Lalat Si Pemarah

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 25 Januari 2014 | 21:00 WIB

Lalat Si Pemarah

Intisari-Online.com – Seorang guru IPA meminta murid-muridnya untuk mempelajari beberapa hewan tertentu. Mereka harus menulis laporan singkat, dan mempresentasikan kesimpulannya di depan kelas. Beberapa murid berbicara tentang anjing, yang lain tentang kuda, dan beberapa memilih ikan.

Namun, kesimpulan yang menarik dibuat sedikit oleh seorang anak perempuan, Sofia, “Saya menemukan bahwa lalat sangat pemarah.” Demikian tulisnya dengan sangat yakin atas kesimpulannya.

Semua orang tersenyum, menunggunya untuk melanjutkan. Kemudian Sofia menjelaskan, “Aku menghabiskan waktu berjam-jam di rumah, melihat lalat. Ketika mereka terbang normak, semuanya oke-oke saja. Tetapi ketika mereka menemukan jendela, mereka mulai berdengung di sekitarku. Aku selalu berpikir mereka membuat kebisingan dengan sayap mereka. Dengan teropong ayahku aku melihat lalat itu dari dekat, dan melihat bahwa apa yang mereka lakukan adalah berteriak dan memprotes. Mereka begitu histeris karena tidak bisa terbang ke luar jendela, dan mereka hanya membenturkan kepala mereka pada kaca, lagi, dan lagi.Kalau saja mereka menyaksikan kupu-kupu yang lewat, mereka akan melihat bagian atas jendela yang terbuka. Kupu-kupu mencoba memberitahu mereka, tapi rasanya tidak terpengaruh sama sekali. Lalat terus saja berteriak dan mengeluh.”

Guru IPA di depan kelas tersenyum geli, dan menjelaskan kepada kelas itu bahwa bentuk perilaku lalat tidak ada hubungannya dengan kemarahan. Sebaliknya, itu adalah contoh makhluk yang memiliki berbagai tingkat kecerdasan dan kesadaran. Mereka sepakat untuk hari berikutnya, mereka akan membawa daftar makhluk cerdas.

Dan… apa yang terjadi keesokan harinya? Keributan besar terjadi di kelas sains. Banyak orangtua datang dan mengeluh, karena anak-anak mereka telah membuat daftar bahwa orangtua merekalah sebagai salah satu makhluk yang paling cerdas! Kata anak-anak, karena orangtua tidak melakukan apapun kecuali mengeluh, dan mereka pun tidak mendengarkan siapapun.

Meskipun akhirnya Guru IPA itu harus menjelaskan banyak, dan menenangkan para orangtua, tampaknya itu pun membantu para orangtua itu untuk menyadari, bahwa mereka tidak bodoh, hanya saja mereka sering berperilaku tidak terlalu cerdas.

Demikianlah. Bertindak ketika kita marah atau jengkel akan menghasilkan tindakan kurang pintar dan  cerdas.