Find Us On Social Media :

Kesepakatan Hidup Manusia

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 Februari 2014 | 21:30 WIB

Kesepakatan Hidup Manusia

Intisari-Online.com – Kisah berikut ini mungkin hanya sebuah rekaan, tapi mungkin kita bisa mengambil hikmahnya.

Pada hari pertama Tuhan menciptakan anjing. Tuhan berkata, “Duduklah sepanjang hari di depan pintu rumah dan gonggonglah siapa saja yang datang atau lewat. Aku akan memberikan masa hidup dua puluh tahun.”

Anjing itu berkata, “Itu waktu yang terlalu panjang untuk menggonggong. Beri aku sepuluh tahun dan saya akan mengembalikan sepuluh tahun lainnya.”

Tuhan pun setuju.

Pada hari kedua Tuhan menciptakan monyet. Tuhan berkata, “Hibur orang, lakukan trik-trik monyet dan membuat mereka tertawa. Aku akan memberi waktu hidup dua puluh tahun.”

Monyet berkata, “Trik monyet selama dua puluh tahun? Saya tidak berpikir begitu. Anjing mengembalikan sepuluh tahun, jadi itulah yang akan saya lakukan juga. Bagaimana?”

Dan Tuhan pun setuju.

Kemudian Tuhan pun menciptakan sapi, “Kamu harus pergi ke sawah dengan petani sepanjang hari dan menderita di bawah sinar matahari. Memiliki kaki yang kokoh, dan memberikan susu untuk membantu petani. Aku akan memberikan masa hidup enam puluh tahun.”

Sapi itu berkata, “Wah itu menjadi kehidupan sulit untuk hidup enam puluh tahun. Biarkan aku memilih dua puluh tahun dan aku kembalikan yang empat puluh lainnya.”

Dan Tuhan pun kembali setuju.

Hari berikutnya Tuhan menciptakan manusia. Tuhan berkata, “Makan, tidur, bemain, menikah, dan menikmati hidupmu. Aku akan memberimu hidup dua puluh tahun.”

Manusia berkata, “Apa? Hanya dua puluh tahun? Begini saja, aku akan ambil dua puluh tahun itu, lalu empat puluh tahun yang dikembalikan sapi, dan sepuluh tahun yang dikembalikan monyet. Termasuk sepuluh tahun yang dikembalikan anjing. Jadi total delapan puluh. Bagaimana?”

“Baik,” kata Tuhan, “Kau punya kesepakatan.”

Demikianlah. Manusia pada dua puluh tahun pertama hidupnya dipenuhi dengan makan, tidur, bermain, dan menikmati diri sendiri. Empat puluh tahun kemudian berada di bawah sinar matahari untuk menghidupi keluarga. Sepuluh tahun kemudian melakukan trik-trik monyet untuk menghibur cucu, dan sepuluh tahun terakhir duduk di teras depan dan menyapa setiap orang yang lewat.