Pelari Marathon atau Pendaki Gunung

K. Tatik Wardayati

Penulis

Pelari Marathon atau Pendaki Gunung

Intisari-Online.com – Perumpamaan ini hanyalah untuk menggambarkan dua jenis orang dalam menikmati hidupnya. Yang pertama, seorang pelari maraton. Saat mengikuti marathon, seorang pelari akan berlari dengan serius. Ia terfokus pada satu titik ke titik yang lain, hingga selesai. Penonton di tepi jalanpun dicuekin oleh pelari itu. Pelari itu hanya fokus berlari dan akhirnya bisa sampai ke garis finis. Inilah tipe orang yang hidupnya fokus dari satu tahapan ke tahapan yang lainnya.

Bandingkan dengan gaya seorang pendaki gunung. Seorang pendaki gunung mempunyai pengalaman yang agak berbeda dengan pengalaman pelari maraton. Dalam mendaki gunung, keduanya memang punya tujuan yang harus dicapai, yakni puncaknya. Tetapi, sepanjang perjalanan, para pendaki gunung bisa bernyanyi-nyanyi, saling bercerita, bahkan sesekali berhenti sejenak jika ada sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Sungguh menyenangkan berkesempatan menikmati satu demi satu tempat yang dilalui sampai pada puncak gunung. Tuhan sungguh luar biasa menciptakan semua alam ini begitu indah. Inilah tipe orang yang hidupnya bergerak dari momen ke momen.

Bagaimanakah kecenderungan sikap kita dalam menghadapi dunia ini, dalam menghadapi pekerjaan, dalam menghadapi proses tumbuh kembang anak? Banyak karyawan, pimpinan, maupun orangtua yang menyikapi pekerjaan dan keluarganya seperti dalam tahapan-tahapan.

Memang pada akhirnya banyak yang bisa diraih, tetapi sekaligus, banyak kehilangan sisi menyenangkan dalam hidup ini. Bayangkan saja seorang manajer yang stres dan mulai bosan karena hidupnya hanya dari satu KPI (Key Performance Indicator) ke KPI lain, satu scorecard ke scorecard yang lain. Atau, bayangkan orangtua yang melihat anaknya seperti sesuatu target yang bergerak. Tentunya akan sangat meletihkan.

Seharusnya kita bisa tetap sambil menikmati momen sambil berusaha menggerakkan diri mencapai yang lebih baik. Kita bisa mencapai “gunung impian” tanpa kehilangn kesempatan untuk berhenti, menikmati indahnya pemandangan dan bercanda ria mensyukuri nikmat Tuhan.

Karena itu, marilah perlakukan hidup kita sebagai ‘momen’ bukan sebagai ‘tahapan’ sehingga pada akhirnya nanti, ada banyak momen indah yang bisa dikenang sepanjang hidup kita. (BMSPS)