Find Us On Social Media :

Sikap yang Berubah

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 20 Juni 2014 | 21:00 WIB

Sikap yang Berubah

Intisari-Online.com – Seorang lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya, lelaki itu kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat tidak baik cerewet, suka mengatur, dan angkuh sekali.

Setelah dua tahun, lelaki itu merasa cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya. Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi seorang bijak yang paling pintar di daerahnya.

Usai bercerita dengan penuh kegeraman,orang bijak itu tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk orang bijak adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan saat memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Ini agar membuat si mertua supaya tidak mencurigainya. Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.

Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, sikap  mertuanya justru berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, dan mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya nanti meninggal. Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.

Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua. Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada hari ke-55, sudah tak terbendung lagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya.

Akhirnya pergilah ia ke orang bijak itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun padanya.

Dengan senyum bijaksana, orang bijak itu berkata, “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, namun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena sikap dirimu yang terlebih dahulu berubah menjadi lebih ramah, lebih santun, dan selalu tersenyum kepadanya.”

Sikap buruk atau penolakan orang lain kepada kita, hanyalah sebagai akibat atau reaksi atas sikap buruk kita kepadanya. Dan bila ingin mengubah orang lain, kitalah yang harus berubah terlebih dahulu. (BMSPS)