Penulis
Intisari-Online.com – Alkisah, seorang pria tua yang malam tinggal di dalam hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia membuat arang dari potongan-potongan kayu dan menjualnya.
Suatu kali, sebagai hadiah karena telah menyelamatkan seorang raja yang telah tersesat di hutan, pria tua itu diberikan hadiah bibit-bibit pohon yang paling wangi yaitu pohon cendana. Pohon ini termasuk langka dan sering dibuat parfum dengan kualitas yang mahal. Dalam keadaan aslinya dan tanpa usaha apapun, pohon itu tetap berharga, sayangnya pria tua itu tetap memproduksi dan menjual arang kayu
Tentu saja, pria tua miskin itu sangat senang atas hadiah itu, tanpa menyadari keberuntungan besar yang seharusnya diperolehnya. Namun, dalam rangka untuk mencari nafkah, ia terpaksa membuat arang dari pohon cendana dan menjualnya di pasar dengan harga murah.
Beberapa tahun kemudian raja kebetulan lewat lagi di hutan itu, namun melihat hutan yang paling berharga itu telah menjadi abu, apalagi ketika mengetahui bahwa pria tua itu masih dalam kondisi yang miskin sama seperti sebelumnya. Ketika raja bertanya apa yang telah terjadi, pria tua itu menjawab bahwa ia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat arang dari pohon-pohon di hutan. Raja kemudian bertanya apakah pria tua itu masih mempunyai sisa cendana. Pria itu menjawab bahwa ia hanya memiliki sepotong kecil, sekitar satu atau dua meter saja.
Akhirnya Raja menyuruh ke tempat yang sama saat ia menjual arang dan menjual sepotong kayu cendana tersebut tanpa mengubahnya menjadi arang. Ada beberapa orang kaya di tempat pria tua itu menjual arang dan melihat kayu cendana itu sebagai kayu dengan kualitas yang sangat baik dan dengan aroma yang langka. Menyadari nilai kayu itu, orang-orang kaya itu ingin sekali membelinya. Hasilnya, pria tua itu mendapatkan ratusan ribu hanya dari bagian kecil saja kayu cendana itu.
Pria itu kembali kepada raja dengan uang banyak di tangannya. Raja pun berkata, “Anda belum menghargai nilai kayu ini. Anda bisa mendapatkan bahkan hingga jutaan dolar hanya dari remahan kayu yang Anda jual sebagai arang dan tidak perlu melalui proses seperti pembuatan arang yang Anda kerjakan.”
Menyadari kesalahannya, pria tua itu meminta Raja memberikan hadiah lain seperti itu, dan ia berharap dapat menggunakannya dengan tepat. Raja pun menjawab bahwa hadiah tersebut hanya diberikan sekali dalam seumur hidup.
Dengan cara yang sama, nilai sebenarnya dari tubuh manusia direalisasikan pada saat kematian, ketika manusia menyesali bahwa ia telah menyia-nyiakan harta yang paling berharga.