Find Us On Social Media :

Riak dalam Pikiran Kita

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 16 Agustus 2014 | 18:00 WIB

Riak dalam Pikiran Kita

Intisari-Online.com – Seorang pria sedang duduk di tepi danau. Ia melemparkan kerikil kecil ke dalam danau dari waktu ke waktu. Seorang anak laki-laki yang tertarik oleh kegiatan pria itu mendekatinya. Ia tertarik karena setiap beberapa menit atau lebih, orang itu akan melemparkan kerikil ke danau.

Anak laki-laki itu menghampiri pria itu dan berkata, “Apakah hobi Anda melempar kerikil itu?”

“Hmmmm,” kata pria itu. Ia tampaknya tenggelam dalam pikirannya dan jelas tidak ingin diganggu.

Beberapa waktu kemudian, pria itu berkata pelan, “Lihatlah air itu, benar-benar mutlak air.”

Anak itu berkata, “Ya, benar.”

Pria itu melemparkan kerikil ke dalam air dan melanjutkan, “Hanya sampai aku melemparkan kerikil sekarang, apakah engkau melihat riak?”

“Ya,” kata anak itu, “mereka menyebar lebih lanjut dan lebih lanjut.”

“Dan segera, air tenang kembali,” lanjut pria itu.

Anak itu berkata, “Tentu, air itu menjadi tenang, setelah beberapa saat.”

Pria itu melanjutkan, “Bagaimana jika kita ingin menghentikan riak? Akar penyebab riak adalah kerikil. Mari kita buang kerikil itu. Pergilah dan carilah.” Anak itu meletakkan tangannya ke dalam air dan mencoba untuk mengambil kerikil.

Tapi anak itu justru berhasil membuat riak lebih banyak. Ia bisa mengambil kerikil, tapi jumlah riak yang dibuat dalam proses itu menjadi lebih banyak dari sebelumnya.

Pria bijak itu berkata, “Tidak mungkin menghentikan gerakan air sekali kerikil telah dilemparkan ke dalamnya. Tetapi jika kita bisa menghentikan diri dari melemparkan kerikil di tempat pertama, riak dapat dihindari sama sekali.

Demikian juga dengan pikiran kita. Jika pikiran memasuki ke dalamnya, itu menciptakan riak. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan pikiran agar tidak terganggu adalah menutup dan melarang masuknya setiap pikiran yang berlebihan yang bisa menjadi potensi penyebab gangguan. Jika gangguan sudah masuk ke dalam pikiran akan memakan waktu sendiri untuk mereda. Terlalu banyak pikiran yang saling bertentangan hanya menyebabkan lebih banyak gangguan. Setiap gangguan telah menyebabkan waktu semakin menipis. Mencoba untuk memaksakan pemikiran lebih lanjut dapat meningkatkan gejolak di pikiran. Waktu adalah penyembuh yang hebat, tapi pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati.”