Find Us On Social Media :

Bukalah Mata akan Kesempatan di Sekitar Kita

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 3 September 2014 | 19:45 WIB

Bukalah Mata akan Kesempatan di Sekitar Kita

Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang petani miskin yang setiap harinya mesti berjuang keras untuk menyejahterakan keluarganya. Namun, meski ia terus bekerja dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran, tetap saja ia tak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan. Suatu malam, dalam tidurnya si petani bermimpi sebuah suara berkata padanya, "Jika ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Petani inipun terbangun dari tidurnya. Ia kemudian berharap bahwa di salah satu pagi ketika ia bangun, harta yang berlimpah akan berhamburan di rumahnya sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang dimaksudkan untuknya. Beberapa hari berlalu, ketika ia sedang dalam perjalanan, bajunya tersangkut pada semak-semak berduri yang tumbuh di sekitar ladang, Tak ingin kejadian yang sama terulang, ia pun bermaksud membabat habis semak belukar itu. Namun ketika ia mencabut akar dari semak itu, di bawahnya ditemukan sebuah kendi. Dibukanya tutup kendi itu, dan alangkah kagetnya si petani ketika mengetahui bahwa di dalamnya berisi begitu banyak kepingan emas. Mulanya hati petani miskin ini berteriak girang, namun setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian berkata, "Oh, aku memang ingin sekali menjadi kaya. Tapi aku telah meminta agar harta itu muncul di gubuk kecilku, akan tetapi aku justru menemukannya di ladang ini. Oleh karenanya aku takkan mengambil kendi ini berisi emas. Kendi ini tidak ditakdirkan untukku." Petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Tak pelak istrinya marah besar atas kebodohan sang suami yang meninggalkan harta tersebut begitu saja di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "Suamiku yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku." Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa. "Perempuan licik. Dia pasti bermaksud menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah. Maka perempuan tetangga si petani itu pun menutup kendi itu kembali dan membawanya pulang. Saat tengah malam tiba, dengan diam-diam ia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan iapun kembali pulang. Ketika fajar tiba, petani miskin tersebut bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata, "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!" Kita harus pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan. Jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Memang ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘siapa cepat dia yang dapat’, tapi apakah mungkin kita bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain?

Bila kesempatan itu datang, dan yakin bahwa itu memang diperuntukkan untuk kita, maka jangan tunggu lagi. Segera raih kesempatan itu. Karena itu, buka mata, tengok sekeliling, kesempatan itu mungkin ada di depan kita. (BMSPS)