Find Us On Social Media :

Melayang Bebas

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 10 September 2014 | 19:00 WIB

Melayang Bebas

Intisari-Online.com – Saat cerah dan berangin, orang-orang muda biasanya bersenang-senang dengan memanfaatkan angin untuk menerbangkan layang-layang mereka. Kreasi warna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran memenuhi langit seperti burung yang indah melesat dan menari dalam suasana yang memabukkan, di atas bumi. Angin kencang berhembus melawan layang-layang, membuat mereka harus mengendalikan benang layangan.

Alih-alih tertiup angin, layang-layang itu terbang menentangnya untuk mencapai ketinggian yang paling tinggi. Mereka mengguncang dan menarik, tetapi benang layangan semakin menahan dan ekornya makin rumit membelit mereka di belakangnya, menghadap ke atas dan menantang angin.

Sebuah layang-layang berjuang dan menggetarkan benang layangan, ia tampaknya mengatakan, “Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi! Aku ingin bebas!” Mereka melonjak indah, bahkan saat mereka bertempur dengan benang layangan lain. Akhirnya, salah satu layang-layang berhasil memutuskan benang layangan. “Akhirnya bebas!” tampaknya layangan itu ingin mengatakan, “Terbang bebas bersama angin.”

Namun kebebasan dari belenggu itu hanya menaruhnya pada belas kasihan dari angin yang tidak simpatik. Layang-layang itu pun melenggok tak anggun ke tanah dan mendarat di atas semak belukar. Si “akhirnya bebas” itu pun bebas terbaring tak berdaya di tanah.

Terkadang, berapa banyak dari kita yang seperti layang-layang. Tuhan memberi kita kesulitan dan pembatasan, aturan untuk mengikuti dari mana kita berkembang dan mendapatkan kekuatan. Mengendalikan diri diperlukan untuk melawan angin yang melawan. Beberapa dari kita terkadang menarik aturan begitu kuat sehingga kita tidak pernah dapat melayang mencapai ketinggian yang didapatkan. Kita terus menjadi bagian dari perintah yang tidak pernah naik cukup tinggi.

Mari kita mengakui bahwa pembatasan kita di bawah sebenarnya untuk memantapkan kekuatan membantu kita naik dan mencapainya.