Find Us On Social Media :

Berganti Baju dengan Yang Baru

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 25 September 2014 | 18:00 WIB

Berganti Baju dengan Yang Baru

Intisari-Online.com – Seorang pengemis tinggal dekat istana raja. Suatu hari ia melihat pengumuman dipasang di luar gerbang istana. Raja memberi makan malam yang besar. Siapa pun yang mengenakan pakaian kerajaan diundang ke pesta. Pengemis itu melanjutkan perjalanannya. Ia menatap pakaian yang dikenakannya, ia pun mendesah. Tentunya hanya raja dan keluarga mereka yang mengenakan jubah kerajaan, pikirnya. Perlahan sebuah ide merayap ke dalam pikirannya. Keberanian itu membuatnya gemetar. Apakah dia berani? Pengemis itu berjalan kembali ke istana. Ia mendekati penjaga di pintu gerbang, "Penjaga, saya ingin berbicara dengan raja." "Tunggu di sini," jawab penjaga. Dalam beberapa menit, ia kembali. "Karena kemurahan hatinya, Ia ingin bertemu dengan Anda," kata penjaga, lalu membawa pengemis itu ke dalam istana.

"Anda ingin bertemu saya?" tanya Raja. "Ya, Yang Mulia. Saya ingin sekali menghadiri pesta, tapi saya tidak punya jubah kerajaan untuk dipakai. Tolong, Yang Mulia, kalau boleh saya memiliki satu pakaian lama Anda sehingga saya bisa datang ke pesta?" Pengemis itu terperanjat ketika raja memanggil anaknya, pangeran muda, "Bawa orang ini ke kamarmu dan beri ia beberapa pakaianmu." Pangeran melakukan seperti yang diperintahkan dan segera pengemis itu berdiri di depan cermin, mengenakan pakaian yang dia tidak pernah berani harapkan.

"Sekarang engkau layak untuk menghadiri perjamuan besok malam," kata pangeran. "Tapi yang lebih penting, Anda tidak akan pernah membutuhkan pakaian lainnya. Pakaian ini akan kau pakai selamanya." Pengemis berlutut. "Oh, terima kasih," teriaknya. Tapi saat ia mulai pergi, ia kembali menatap tumpukan pakaian kotornya di lantai. Ia ragu-ragu. Bagaimana jika pangeran itu salah? Bagaimana jika ia akan membutuhkan pakaian lama lagi. Cepat-cepat pengemis itu mengumpulkan pakaian kumalnya.

Perjamuan itu jauh lebih besar daripada yang pernah dibayangkan, tapi ia tidak bisa menikmati dirinya saat ia seharusnya. Ia direpotkan dengan bundelan kain kumalnya yang terus jatuh ke pangkuannya. Makanan yang berlalu dengan cepat dan pengemis melewatkan beberapa makanan lezat.

Apa yang dikatakan pangeran itu benar adanya. Pakaian itu melekat selamanya. Pengemis itu masih merasa hidup di dalam pakaian lamanya. Seiring waktu berlalu orang tampaknya lupa jubah kerajaan yang ia kenakan. Mereka hanya melihat bungkusan kecil pakaian kumal yang ia bawa ke mana pun pergi.

Hingga saatnya pengemis itu sekarat, Raja mengunjunginya. Pengemis melihat ekspresi sedih di wajah raja ketika ia melihat buntalan pakaian kumalnya di tempat tidur. Tiba-tiba pengemis itu ingat akan kata-kata sang pangeran dan ia menyadari bahwa bungkusan kain kumalnya itu telah mengorbankan hidup bangsawannya. Ia menangis tersedu-sedu mengingat kebodohannya. Dan Raja pun menangis bersamanya.

Demikianlah, ketika kita menaruh iman kita kepada Tuhan, dan memohon pengampunannya, kita harus melepaskan cara-cara hidup kita yang lama.