Penulis
Intisari-Online.com – Ada seorang petani yang menjual satu pon mentega untuk penjual roti. Suatu hari, si penjual roti memutuskan untuk menimbang ulang mentega untuk melihat apakah ukuran mentega tersebut sudah sesuai. Tetapi, tak lama kemudian, ia marah begitu tahu, ternyata ukuran mentega itu kurang.
Ia lalu menuntut si petani ke pengadilan. Hakim meminta petani menjelaskan tentang ukuran apa yang digunakan oleh si petani. Petani itu menjawab dan mengaku, bahwa ia sungguh primitif. Ia tidak punya ukuran yang tepat. “Tetapi aku punya skala,” kata si petani.
Hakim bertanya, “Lalu bagaimana Anda menimbang mentega?”
“Yang Mulia, jauh sebelum penjual roti ini mulai membeli mentega dari saya, saya telah membeli sepotong pon roti dari dia. Setiap hari ketika si penjual roti mengantarkan roti itu pada saya, saya meletakkannya pada skala dan memberinya bobot yang sama pada mentega. Jika ada yang harus disalahkan, maka itu adalah si penjual roti,” petani itu menjawab.Kejujuran atau ketidakjujuran sendiri bisa dibentuk menjadi sebuah kebiasaan. Beberapa orang "berlatih" untuk tidak jujur, hingga akhirnya mereka dapat berbohong dengan bebas dan dipercaya orang lain. Sementara lainnya, berbohong terlalu banyak, hingga akhirnya mereka bahkan tidak tahu lagi apa itu kebenaran. Sayangnya, mereka tidak mengerti akan dampak jangka panjang dari sebuah kebohongan. Pada akhirnya, tak satu pun yang dirugikan oleh kebohongan itu, selain diri mereka sendiri. (Thelivingtreasure)