Find Us On Social Media :

Suara Lembut dan Halus

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 November 2014 | 21:00 WIB

Suara Lembut dan Halus

Intisari-Online.com – Saya sering bertanya-tanya mengapa saya begitu bernafsu untuk menyelesaikan sesuatu, berjumpa dengan seseorang, menjalankan tugas tertentu, meskipun saya sadar bahwa dalam satu bulan atau bahkan satu minggu, saya sudah akan lupa akan hal-hal yang saya anggap amat mendesak itu. Rupanya pengalaman saya ini adalah juga pengalaman banyak orang lain.

Baru-baru ini saya berdiri di salah satu sudut jalan Bloor dan Yonge, kota Toronto. Saya melihat seorang muda menyeberang jalan ketika lampu lalu lintas merah. Hampir saja ia tertabrak kendaraan. Sementara itu, begitu banyak orang berjalan-jalan ke segala jurusan. Banyak wajah kelihatan serius dan tegang, tanpa ada tegur seorang kepada yang lain. Mereka terserap oleh pikiran mereka sendiri, dan berusaha untuk mencapai tujuan yang tidak saling diketahui. Antrian panjang mobil penumpang maupun truk mencoba maju di antara orang-orang yang berjalan kaki.

Saya bertanya-tanya, “Apa yang ada dalam pikiran semua orang itu? Apa yang mereka lakukan, apa yang mendorong mereka?” Sambil berdiri sebenarnya saya ingin mendengar omongan batin orang-orang itu, tetapi saya segera sadar bahwa saya tidak perlu mempunyai keinginan tahu seperti itu. Rasa cemas dalam hati saya kiranya tidak jauh berbeda dibandingkan dengan yang ada dalam diri orang-orang di sekitar saya.

Mengapa begitu sulit untuk sekadar tenang dan hening serta membiarkan Tuhan berbicara kepada saya mengenai makna hidup saya. Apakah karena saya tidak mengenal Tuhan? Apakah karena saya tidak yakin bahwa Tuhan ada di sana bagi saya? Apakah karena di dasar dan lubuk hati sebenarnya saya tidak percaya bahwa Allah memberi perhatian pada semua yang terjadi di sudut jalan Yonge dan Bloor?

Meskipun demikian, tetap ada suara – di tempat itu, di sudut jalan itu – meski tidak keras. Ya, suara itu tidak keras, dan sering kali tenggelam dalam hiruk pikuk kota yang sebenarnya ada dalam batin saya. Kalau saya mendengarkannya dengan perhatian, saya akan terus-menerus mendengar suara itu dan sadar bahwa suara itu berbicara kepada lubuk hati saya yang terdalam. (Dari Budi Turun ke Hati)