Intisari-Online.com – “Apa yang Anda lakukan dengan semua sampah ini?” tanyanya sambil berjalan menuruni bukit.
“Apa yang Anda lihat sebagai sampah, saya mungkin melihat harta,” jawab saya.
“Anda menyebut semua itu harta?” tanyanya lagi.
“Hanya ketika saya melihatnya sebagai sesuatu yang lain, sesuatu yang baru.”
Saya telah bekerja di halaman belakang beberapa minggu terakhir. Ini bagian dari rencana “menyibukkan diri”. Karena ekonomi sedang bergejolak, saya mencoba untuk menyibukkan diri melakukan hal-hal yang perlu dilakukan di sekitar rumah.
Saya bekerja sendirian. Minggu depan adalah minggu membersihkan di komunitas saya. Jadi kami mengangkut semua hal yang tidak digunakan lagi di luar gedung.
Saya menemukan sebuah botol kecil. Tingginya 5 cm dan 1,25 tebalnya. Ada gabus di atasnya, tapi saya pikir itu hanya penutup kaca. Sepertinya botol parfum. Saat itu dalam pikiran saya bermain segala kemungkinan. Siapa pemiliknya, dari mana asalnya, apakah itu hadiah dari seorang pemuda untuk kekasihnya?
Saya menunjukkan kepada tetangga saya dan menantangnya dengan sebuah ide.
“Ini hanya sampah. Lihat, ada satu lagi di sana. Aku akan membuangnya,” pungkasnya.
Ini masih berguna. Saya tahu setiap kali saya melihatnya, pikiran saya akan menari. Saya selalu melihat itu sebagai hadiah. Tidak hanya membayangkan dari seorang pria untuk pacarnya, tapi hadiah karena saya menemukannya.
Saya menemukan gabus kecil, lalu saya tutupkan pada botol kaca itu, dan menambahkan sedikit air berwarna untuk itu. Saya masih membayangkan tangan yang membuangnya.
Sampah? Hanya karena sedikit rusak tidak berarti ia telah kehilangan tujuannya.