Find Us On Social Media :

Memaknai Pekerjaan

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 1 Februari 2015 | 14:00 WIB

Memaknai Pekerjaan

Intisari-Online.com – Hari itu merupakan kali pertama Jalu bersama ibunya naik bus  Transjakarta rute Lebak Bulus – Grogol, Jakarta. Mereka naik dari halte Pondok Indah II (Mal). Awalnya, tak ada keluh kesah yang ia perlihatkan kepada ibunya. Namun, sesampai di halte Simprug, ia sempat dibuat bingung.

“Bu, kok suara dari bus ini tadi tidak ada, sekarang tiba-tiba ada, tapi tidak sama dengan yang diteriakkan oleh kondektur? Jalu jadi bingung. Kita sudah sampai mana sih?” tanya anak kelas 4 SD itu kepada ibunya  yang duduk di sebelahnya.

“Oh, yang baru saja kita lewati halte Simprug, seperti yang disampaikan om kondektur. Tadi om sopir sempat lupa memencet tombol pengeras suara bus, sehingga suara yang kita dengar nama tiga halte sebelumnya,” jelas sang ibu.

“Jadi, yang benar om kondektur ya Bu?” tanyanya lagi.

“Iya, sayang,” jawab ibunya disertai senyuman.

Jalu terdiam sejenak. Ia melihat sekelilingnya seolah menikmati perjalanan di dalam angkutan umum yang relatif lebih nyaman itu. Namun, rupanya masih ada yang mengganjal di benaknya. Perbincangan dengan ibunya pun berlanjut.

“Tapi, Bu, kok om sopir bisa lupa sih? Padahal dia ‘kan sudah biasa ‘bawa’ bus ini?”

“Betul, Nak, ia sudah terlatih mengemudikan bus umum ini. Tapi, tak lama setelah kita masuk bus, ibu lihat om sopir menelepon seseorang, sehingga lupa memencet tombol di dashboard. Karena itu, kita tidak mendengar pemberitahuan lewat spiker tentang halte yang akan disinggahi bus. Untung ya… om kondektur mengingatkan kita.”

Mereka pun tiba di tempat tujuan, halte ITC Permata Hijau. Sekeluar dari bus, perbincangan berlanjut sembari berjalan meninggalkan halte.

“Kata Bapak, menurut aturan lalu lintas, kalau sedang nyetir tidak bolehe nelepon. Betul kan Bu?”

“Iya…. Tujuan aturan tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Beruntung tidak terjadi apa-apa, sehingga kita sampai ke sini.”

Fragmen di atas hanyalah contoh betapa Jalu yang masih kanak-kanak pun sudah bisa merasakan dampak kalau seseorang bekerja dengan tidak profesional. Bila seseorang bekerja tidak profesional, secara langsung atau tidak langsung, akan membuat orang lain tidak nyaman. Ketidakprofesionalan itu merupakan buah dari ketidakmampuan ia dalam memaknai pekerjaan yang secara sadar ia pilih. Apa pun profesinya. Akibatnya …ia sering bekerja secara tidak profesional. Ia bekerja tidak dengan hasil terbaik dan berstandar tinggi. Ia sering lupa akan kewajiban, tetapi selalu ingat pada hak sebagai pekerja. Do dan Don’t sebagai pekerja hanya ia anggap sebagai angin lalu.