Intisari-Online.com – Setelah memenangkan beberapa kontes memanah, seorang juara muda dan agak sombong menantang seorang guru Zen yang terkenal karena keahliannya memanah. Pemuda itu menunjukkan kemampuan teknis yang luar biasa ketika ia memanah mata banteng pada percobaan pertama. Kemudia membagi panah dengan tembakan kedua.”
“Lihat,” kata pemuda itu kepada Guru,” Apakah Anda cocok dengan itu!”
Merasa terganggu, Guru tidak menarik busurnya, tetapi memberi isyarat agar pemanah muda itu mengikutinya mendaki gunung. Karena ingin tahu maksud orang tua itu, pemuda itu mengikutinya mendaki hingga ke gunung yang tinggi. Dan mereka berdiri di tepi jurang yang dalam membentang dengan jembatan dari kayu yang agak tipis dan goyang.
Dengan tenang, Guru melangkah ke tengah jembatan goyang dan tentu berbahaya itu. Guru tua itu mengambil pohon yang letaknya jauh sebagai target. Ia menarik busur, kemudian melesatkan anak panahnya, dan langsung pada sasaran.
“Sekarang giliran Anda,” katanya sambil melangkah anggun kembali ke ujung jembatan. Menatap dengan ketakutan ke dalam jurang yang tampaknya tak berdasar, pemuda itu tidak bisa memaksa dirinya untuk melangkah ke tengah jembatan, hingga ia tidak bisa menembak target yang disepakati.
“Anda memiliki banyak keterampilan dengan busur Anda,” kata Guru tua itu, merasakan kesulitan si penantang muda,” tetapi Anda memiliki sedikit keterampilan dengan pikiran yang memungkinkan melepaskan tembakan anak panah.”