Ayahku Memang Pahlawan Sepak Bola, tapi Dia Ayah Terburuk (1)

Ade Sulaeman

Penulis

Ayahku Memang Pahlawan Sepak Bola, tapi Dia Ayah Terburuk (1)

Intisari-Online.com - George Best dianggap sebagai salah satu pesepak bola terbaik yang pernah ada dan dipuja pada masa hidupnya. Namun, ternyata, ia menyimpan sisi kelam dalam hidupnya.

Best merupakan pemain sepak bola paling dipuja pada dekade 1960-an. Ia menjadi bagian dari skuad Manchester United saat menjadi juara Eropa 1968. Permainannya yang stylish serta sosoknya yang karismatik membuat para penonton berebutan menyaksikan penampilan Best bersama United pada masa itu.

Namun, Best memiliki nilai plus dibandingkan para pemain MU lainnya seperti Bobby Charlton atau yang lain. Ia memiliki wajah tampan dan bersih serta gaya hidup playboy yang membuatnya mendapat julukan sebagai "anggota kelima dari The Beatles".

Gaya hidup yang playboy, flamboyan, dan kebiasannya mengonsumsi alkohol membuat Best menjadi "media darling" pada masa itu. Namun, kebiasaan mengonsumsi alkohol itu pulalah yang membawa kematian Best pada usia 59 tahun pada 25 November 2005.

Meski berhubungan dengan banyak wanita, George hanya memiliki satu putra, Calum. Putranya, yang kini juga menjadi bagian dari reality show di televisi, baru-baru ini mengungkap sisi gelap hubungan antara dirinya dan ayahnya, George Best. Semuanya ditulis di media Inggris, Daily Mail.

1. Bertemu David Beckham dan Class of '92

Calum pertama kali datang ke Old Trafford bersama ayahnya saat berusia 11 tahun pada 1992. Namun, ia tahu, di tempat inilah ayahnya lahir sebagai legenda dan ia kini menjadi saksi tentang hal tersebut.

"Saya tahu ayah saya seorang bintang. Namun, saya tidak menyangka seperti apa perlakuan orang terhadap dirinya. Buat mereka, ayah adalah seorang pahlawan yang tak tergantikan. Mereka kenal saya sebagai anaknya dan memperlakukan saya dengan istimewa," tulis Calum.

"Ayah memberi saya jersey Manchester United dengan tulisan nomor 7 dan BEST di punggungnya. Saya suka sekali dan dengan bangga berjalan sekeliling Old Trafford sambil mengenakannya."

Calum masih ingat mereka bertemu orangtua David Beckham yang baru mengawali karier pro bersama MU. "Ayah sempat berbicara dengan mereka dan memandang saya sambil berkata Beckham memang bagus, tetapi dia bukanlah George Best."

"Ketika orang-orang dewasa itu berbicara, saya kemudian keluar dan bermain bola. Saya sempat mendapat bola yang ditandatangani David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan dua bersaudara Neville. Kalau saja saat itu saya tahu betapa berharganya bola itu."

Namun, saat tinggal di hotel, Calum mulai merasakan kekecewaan. Saat makan malam pukul 08.00, ia tidak bersama ayah dan anggota rombongannya. Calum tidak dapat masuk kamar dan harus menghabiskan waktunya dengan memainkan bola hingga pukul 10.00 malam.

Calum kemudian berinisiatif menghubungi ibunya yang tinggal di Los Angeles. Ia menghubungi melalui telepon umum di tepi jalan di Manchester. Angie, ibu Calum, langsung menghubungi resepsionis hotel dan meminta kamar baru untuk anaknya dengan tagihan dibebankan kepada George Best.

George Best baru menemui anaknya saat makan siang. Ia menemui Calum saat makan siang. Ia tampak lusuh dengan rambut acak-acakan dan mata yang memerah. "Dengan terang-terangan, ia mengaku pergi meninggalkan saya untuk mencari wanita penghibur," tulis Calum.

"Saya tidak tahu harus bereaksi apa. Saat itu, saya hanya tidak mengerti mengapa dia tidak menemani saya di hotel. Mengapa dia tidak menjaga saya?"

Calum menghabiskan sisa-sisa hari kunjungan Best di Inggrs dengan mengikuti ayahnya mengunjungi klub-klub malam di Chelsea, London. "Saya kira ia telah kehilangan rasa antusias pada gagasan awal ia kembali mengunjungi Manchester dan Inggris dan kembali ke kebiasaan lama untuk minum dan mabuk."

Calum menyebut saat itu ia masih terlalu muda untuk mengerti pengaruh alkohol pada perilaku seseorang. Hanya, saat itu ia baru menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak benar pada kehidupan si legenda.

(Bersambung)