Find Us On Social Media :

Ayahku Memang Pahlawan Sepak Bola, tapi Dia Ayah Terburuk (2)

By Ade Sulaeman, Minggu, 15 Maret 2015 | 18:00 WIB

Ayahku Memang Pahlawan Sepak Bola, tapi Dia Ayah Terburuk (2)

Intisari-Online.com -  Meski hidup terpisah dengan ayahnya, Calum Best tidak bisa mengingkari hatinya bahwa ia sangat kagum dan selalu ingin dekat dengannya, bahkan sampai pada kejadian pada satu malam.

2. Ayah yang baik, Pahlawan sepak bola, dan Pemabuk yang keterlaluan

Setelah perceraian kedua orang tuanya, Calum tinggal bersama ibunya, Angie. Ibunya memilih meninggalkan Inggris untuk menetap di Amerika Serikat. Angie berpikir adalah buruk untuk tetap tinggal di Inggris buat perkembangan jiwa anaknya. Di negara itu, semua orang mengenal dan tahu George Best, baik prestasi di lapangan maupun semua kelakuannya yang buruk.

Pada otobiografinya, George Best menulis, "Memiliki putra, Calum, hanya membuktikan satu hal buat saya, alkohol telah menjadi bagian terpenting dalam hidup saya. Bahkan lebih penting daripada istri dan anak saya yang baru dilahirkan."

"Saya merasa bersalah tidak mampu berhenti dari kecanduan alkohol, bahkan untuk kepentingan anak saya. Bahkan saya justru menjadi lebih sering minum sebagai bagian terburuk dalam hidup saya," tulis Best.

Itulah yang terus terjadi sampai kematian Best pada 2005.

Pernah pada masanya, Angie dan George Best kembali berbaikan sebagai teman. Ketika Angie berkunjung ke Inggris untuk urusan pekerjaan, Best meminta mantan istri dan anaknya itu untuk menginap di flat miliknya di Chelsea.

Pada malam harinya, Calum merasa ayahnya memasuki kamarnya. Ayahnya tampak sangat mabuk dan tiba-tiba berbaring di sebelahnya dan membalik badan anaknya. George Best menciumi anaknya, bukan cium kasih sayang seorang ayah, tetapi lebih tepat sebagai cium penuh gairah dari seorang pria terhadap wanita.

Di usia 12 tahun, Calum Best memiliki tinggi badan seperti ayahnya dan rambut panjang blonde seperti ibunya yang merupakan gadis California. Setelah tumbuh dewasa dan juga pernah menjadi seorang pencandu alkohol, Calum mengaku baru tahu bahwa saat itu ayahnya pasti menyangka dirinya adalah seorang wanita berambut panjang dalam halusinasi seorang pemabuk.

Ia langsung berteriak, menghambur keluar kamar, dan menemui ibunya yang saat itu tidur di sofa di ruang tamu. Saat itu ia hanya berpikir bahwa ayahnya memiliki dua kepribadian: seorang ayah yang mencintai anak dan merupakan pahlawan bagi banyak orang, tetapi juga seseorang pemabuk yang tega melakukan hal apa pun.

Saat itu, Calum mengaku tidak melihat ayahnya mengejar dia. Angie, ibunya, memintanya untuk bersikap tenang dan menghiburnya dengan mengatakan bahwa ayahnya sangat mencintainya. Namun, Angie juga menjelaskan bahwa saat mabuk, ayahnya mengalami dan mampu melakukan hal-hal yang tidak disadarinya.

Calum hanya menyadari ibunya tidak melakukan apa pun mengenai kejadian itu. Keesokan paginya, ayahnya kembali pergi ke kedai-kedai minum dan mereka bersikap seolah tak pernah terjadi apa pun.