Find Us On Social Media :

Bangkit Setelah Ditinggal Pergi: Duka Tak Harus Nestapa (1)

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 17 Maret 2015 | 20:20 WIB

Bangkit Setelah Ditinggal Pergi: Duka Tak Harus Nestapa (1)

Intisari-Online.com – Menangis dinilai ampuh menyembuhkan luka psikis dan mampu menurunkan beban pikiran. Pengeluaran air mata dirangsang oleh hormon prolaktin. Wanita memiliki kandungan prolaktin lebih besar dibanding dengan pria, sehingga wanita lebih mudah menangis. Apalagi bila ditinggal oleh pasangan. Bagaimana mereka harus bangkit setelah ditinggal pergi pasangan? Ya, duka tak harus selalu ditambah nestapa.

--

“Rindu adzan berbunyi. Rindu kamu di hati. Rindu setengah mati @MrAmplitudo #madrid”

Begitu cara Fira Basuki mengekspresikan kerinduan yang ia tujukan untuk almarhum sang suami, Havez Agung Baskoro. Ia tidak pernah putus mengirimkan puisi dan berbagai pesan singkat melalui Twitter kepada @Mr.Amplitudo, akun Twitter suaminya.

Sejak suaminya mendadak koma, Fira rajin meng-update kabar tentang kondisi suaminya yang ketika itu tengah berada di Yogyakarta. Akhirnya pada Jumat pagi, 16 Maret 2012, ia mengabarkan bahwa sang suami telah berpulang.

Kabar mengejutkan tersebut sempat ramai diperbincangkan publik di media sosial. Pasalnya, pernikahan mereka memang terbilang singkat, baru lima bulan. Apalagi saat itu ia tengah mengandung. Ungkapan simpati dan doa pun mengalir untuknya.

Setelah empat puluh hari berselang, pesan-pesan singkat untuk @Mr.Amplitudo masih terus ada. Menerima kenyataan bahwa sang belahan jiwa telah pergi memang bukan hal mudah. Namun ia   mencoba mematahkan anggapan bahwa orang yang berduka cenderung terpuruk.

Pada 22 April 2012 lalu Fira menulis, “40 hari tanpa ragamu @MrAmplitudo. Bahkan di mana pun kutemu jiwamu. Cinta spt haus akanmu. #madridwithoutu.” Saat itu Fira berada di Madrid dalam rangka pekerjaan.

Fira juga mengutarakan, tinggal lama di Amerika telah membuatnya menjadi pribadi yang “terbuka”. Namun darah Jawa yang dimilikinya membuat ia mengerem dan menutupi sebagian kesedihannya.

“Sebagai perempuan Jawa saya  terbiasa tersenyum walau di dalam hati kesedihan teramat sangat. Membuat orang bahagia melihat saya adalah bagian saya,” jelasnya dalam Twitter. Namun keluarga, pengalaman, kedekatan dengan Tuhan juga membentuknya menjadi pribadi yang pasrah, ikhlas, percaya.

Moving on is like a river which has some rocks. The water hits the rocks. As pain as it is, slowly, to the sea. Ingatan seperti tulisan pakai pensil, ketika dihapus bekasnya masih ada di kertas. Bisa dipakai nulis lagi tapi tidak semulus semula,” tutur Chief Editor Majalah Cosmopolitan Indonesia dalam Twitternya, 20 April 2012.

Tidak melamun