Penulis
Intisari-Online.com – Apakah Anda pernah menatap orang-orang terdekat Anda ketika sedang tidur?
Bila belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang
Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda ketika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika tidur sudah tak akan tampak wajah bengisnya.
Perhatikan ketika Ayah sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih. Betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.
Dialah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Dialah yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.
Lalu, kita lihat Ibu kita. Hmm… kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini mulai kasar karena terpaan hidup yang keras.
Dialah yang setiap hari mengurus kebutuhan kita. Dialah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.
Mari kita mencoba menatap wajah orang-orang yang kita cintai: Ayah, Ibu, suami, istri, kaka, adik, anak, sahabat, dan semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk kebahagiaan kita.
Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.
Secara ajaib Tuhan pun mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara, mereka berkata, “Betapa lelahnya aku hari ini.” Dan apa penyebab lelah itu? Untuk siapa ia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus dan mendidik anak, menjaga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.
Untuk kita renungkan. Mari kita resapi kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Kita rasakan betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua. Bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari, orang-orang yang kita kasihi itu, tak membuka mata, selamanya. (BMSPS)