Find Us On Social Media :

Kisah Brahmana dan Ular

By K. Tatik Wardayati, Senin, 1 Juni 2015 | 20:30 WIB

Kisah Brahmana dan Ular

Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang brahmana. Ia adalah seorang petani yang sangat miskin. Suatu siang ia tertidur dan bermimpi tentang ular besar. Ular itu menyebar ke atasnya dan menghilang. Brahmana itu bangun. Ia berpikir bahwa ular itu bisa menjadi pelindung di tempat itu.

Ia memutuskan untuk menyembahnya setiap hari. Sehari-hari diberikannya susu dalam sebuah wadah keramik. Ia berdoa, “Oh raja ular, dari tempat ini aku menyembahmu. Terimalah persembahan kecilku.” Kemudian ia menuangkan susu di dalam lubang dan pergi.

Hari berikutnya, ia datang lagi membawa susu. Ia menemukan koin emas di dalam wadah keramik yang ditinggalkannya pada hari sebelumnya. Ia merasa sangat senang. Ia kemudian menyembah ular itu dengan memberikan susu dan pulang ke rumah. Kemudian ia melanjutkan ibadahnya sehari-hari. Setiap hari, ia pun mendapatkan koin emas di wadah keramiknya. Beberapa hari berlalu ….

Suatu hari brahmana itu harus pergi ke desa lain untuk pekerjaan yang mendesak. Ia meminta anaknya untuk menyembar ular itu dengan memberikan susu seperti biasanya. Ia pun memberikan wadah keramik untuk susu kepada anaknya.

Anak itu pun pergi ke lapangan dan mulai menyembah ular. Ular keluar, dan minum susu. Anak itu juga melihat ular itu menempatkan koin emas di wadah keramiknya.

Anak itu berpikir, “Wah, berarti lubang ular itu berisi banyak koin emas. Jika saya bisa mengusir ular itu, maka saya bisa mendapatkan semua emas itu.”

Hari berikutnya ia datang lagi dengan wadah keramik berisi susu, ditempatkannya di dalam lubang dan berdoa. Ular keluar untuk minum susu. Anak itu memukul ular dengan tongkat hingga ular itu terluka.

Ular itu mendesis dan menggigitnya. Anak itu langsung tewas.

Para tetangga mengambil tubuh anak itu dan mengkremasikannya. Ketika brahmana itu kembali dan mempelajari apa penyebab kematian anaknya, ia menangis dengan sedihnya, katanya, “Ular itu memiliki iman dalam diriku. Anakku melakukan kejahatan pada ular. Anakku harus disalahkan untuk ini.”

Hari berikutnya brahmana itu pergi ke lapangan dengan membawa susu dan menyembat. Ular itu keluar dan mengatakan kepadanya, “Lihatlah abu anakmu. Juga lihatkan luka di kepalaku karena anakmu. Kita tidak bisa lagi menjadi teman. Engkau akan selalu memiliki kesedihan karena memikirkan kematian anakmu. Aku pun akan mengingat kerugian karena anakmu. Jangan datang lagi. Persahabatan kita rusak untuk selama-lamanya.” Sambil mengatakan itu, ular melemparkan berlian dan menghilang.

Demikianlah. Persahabatan yang sekali saja rusak karena tindakan terburu-buru, tidak akan pernah kembali lagi.