Find Us On Social Media :

Mimpi Diwujudkan dengan Kerja Keras

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 21 Juni 2015 | 20:00 WIB

Mimpi Diwujudkan dengan Kerja Keras

Intisari-Online.com – Ada seorang gadis kecil yang manis, tapi selalu rewel. Semuanya menurut gadis kecil itu buruk adanya. Tidak hanya mainan, hadiah yang didapatkannya selalu salah. Ia ingin bertemu dengan penyihir yang akan mengubah hidupnya seperti dalam dongeng.

Suatu hari seorang penyihir datang kepada gadis kecil itu dan mengatakan bahwa ia akan memenuhi salah satu keinginannya. Gadis itu sangat senang pada awalnya, tapi kemudian ia mulai berpikir; ia punya banyak keinginan dan semuanya sangat penting baginya. Gadis kecil itu berpikir untuk waktu yang lama, ia tidak bisa memilih kalau hanya satu.

Kemudian, penyihir itu mengatakan bahwa ia bisa memenuhi satu keinginan setiap hari. Gadis itu semakin lebih bahagia, sekarang semua impiannya akan terwujud. Ia mengucapkan terima kasih kepada penyihir itu dan berlari pulang.

Sejak hari itu ia menunggu setiap pagi dengan sukacita dan antusiasme, karena salah satu mimpi lagi akan menjadi kenyataan baginya. Hari-hari berlalu, mimpi menjadi kenyataan. Tapi segera gadis kecil itu menyadari bahwa pemenuhan keinginan tidak memberikan kegembiraan dan kebahagiaan yang ia harapkan. Banyak keinginannya yang membawa kekecewaan padanya, bahkan rasa sakit. Hampir setiap mimpi membuat tingkat gadis kecil itu kosong. Setelah puas, ia tiba-tiba menyadari bahwa ia tidak menginginkan ini.

Gadis kecil itu semakin sedih dan sedihnya dari hari ke hari, ternyata pemenuhan keinginannya tidak membawanya pada sukacita apa pun. Segera ia mulai takut terhadap mimpinya sendiri.

Maka gadis itu pergi ke penyihir yang baik itu dan memintanya untuk mengambil hadiah yang membuatnya ngeri. Ia takut untuk hidup, takut untuk bangun setiap hari, karena menunggu pemenuhan keinginannya yang lain. Sambil menangis, ia meminta penyihir itu untuk memenuhi satu saja mimpinya, yaitu hidup saat ia hidup sebelumnya dan menikmati hidup. Banyak keinginannya biarlah hanya menjadi keinginan, ia akan memilih salah satu dan membawa ke kehidupannya.

Penyihir itu merasa kasihan pada gadis kecil itu. Ia melambaikan tongkat sihirnya dan menghilang. Gadis itu berlari pulang. Ia senang, karena ia tahu bahwa sekarang ia harus bersusah payah untuk mewujudkan mimpi besar dan menghargainya, tidak membuang-buang waktu, untuk keinginan yang tidak penting.