Find Us On Social Media :

Seorang Pria Meninggal Karena Leukemia, Teman-teman Sekolahnya Terus Merawat Ibunya yang Sendiri

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 1 Juli 2015 | 20:15 WIB

Seorang Pria Meninggal Karena Leukemia, Teman-teman Sekolahnya Terus Merawat Ibunya yang Sendiri

Intisari-Online.com – Ketika Sheng Ru-zhi kehilangan anaknya, Zhang Kai, 11 tahun yang lalu, ia sangat terpukul, tapi ia tidak pernah sendirian. Teman-teman sekolah  Zhang tidak pernah meninggalkan Sheng, bahkan sampai sekarang.

Ketika Zhang didiagnosis menderita leukemia pada tahun 2001, tujuh temannya terus-menerus masuk dan keluar dari rumah Zhang, untuk merawat ibunya dan ia sendiri yang sedang sakit.

Setelah Zhang meninggal pada tahun 2004, Sheng berharap akan menghabiskan sisa hidupnya sendiri, dengan berkabung untuk anaknya yang meninggal. Tiga hari kemudian, bel pintu berbunyi lagi. "Saya sendirian pada waktu itu," kata Sheng dalam wawancara dengan People. "Mereka datang ke rumah saya dan mengisinya dengan kehidupan lagi." Sheng mengatakan dia tidak pernah berpikir kunjungan ini akan berlangsung terus selama 11 tahun hingga hari ini. Bersama dengan berlalunya tahun-tahun, beberapa teman Zhang ini telah lulus dari perguruan tinggi dan beberapa di antara mereka sekarang sudah menikah dan dikaruniai anak-anak, tetapi mereka terus merawat Sheng. Tidak peduli seberapa jauh mereka tinggal, atau bagaimana sibuknya mereka, mantan teman sekelas Zhang selalu berhasil meluangkan waktu untuk melihat Sheng di Hefei. "Mereka sudah seperti anak saya sendiri,” kata Sheng. Selama badai salju pada tahun 2008, Li Fei membeli bahan makanan dan menyerahkan ke rumah Sheng, sambil berpesan, “Jalanan di luar sangat licin, jadi tinggal saja di rumah. Jika bahan makanan ini tidak cukup, telepon saya saja, dan saya akan mengantarkannya lagi.” Li sekarang bekerja di Xinjiang, tapi ia masih mengingatkan istri dan putrinya untuk tetap mengunjungi ibu temannya yang sangat dicintai ini. Fu Xiao-zheng, yang tinggal tepat di ujung blok dari rumah Sheng, mengunjunginya setiap minggu. Ketika ditanya mengapa ia masih terus merawatnya, dengan rendah hati ia menjawab, "Itu karena saya tinggal di dekatnya dan punya waktu." Sheng secara khusus mengingat kembali pada tahun 2008 saat terjadi gempa. Karena sebagian besar dari tetangganya sudah meninggalkan gedung apartemen, Sheng tetap di kamarnya, ia merasa putus asa. "Situasinya sangat sulit di luar dan saya berada di tempat tidur saja," kisah Sheng.

Fu muncul di depan pintu rumahnya, dan berkata, "Ibu, aku di sini". Malam itu Seng menghabiskan waktunya dengan keluarga Fu di mobil mereka. Fu, Li dan lima orang lainnya menjadi anak baptis Sheng pada tahun 2010. Pada 2012, ketika pemerintah mengambil apartemen Sheng dan memindahkannya ke sebuah rumah, tujuh anak baptisnya menyumbang uang untuk membantu merenovasi rumahnya. Selama ini, selama tiga bulan Seng tinggal di rumah Fu.

Saat kisah mengharukan ini dimuat di media lokal, Fu dan teman-temannya menjauh dari wartawan. Mereka bersikeras bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang istimewa sama sekali.

“Merawat (Sheng) adalah tanggung jawab semua orang,” kata Fu. “Bahkan setelah 10 atau 20 tahun, kami masih akan terus merawatnya.” (shanghaiist)