Penulis
Intisari-Online.com – Anna sedang bermain di dekat sebuah sumber air bersama neneknya. Saat itu sang nenek hendak mengisi wadah-wadah yang dibawanya dengan air. Namun, Anna meminjam wadah-wadah itu untuk bermain dengan tinta merah. Nenek pun memanggil Anna.
“Isilah gelas itu dengan air hingga penuh, Anna. Lalu teteskan sekali saja tinta merah itu. Apa yang terjadi?”
“Air dalam gelas ini berubah menjadi merah, Nek,” kata Anna.
“Cobalah isi wadah itu dengan air dan teteskan tinta yang sama seperti sebelumnya.”
“Airnya berubah menjadi merah muda, Nek,” kata Anna lagi.
“Sekarang, penuhi ember besar itu dengan air dan teteskan tintamu,” kata Nenek lagi.
“Airnya tak berubah warna, Nek,” kata Anna.
“Seperti itulah sebuah kesabaran akan dibentuk di dalam hidupmu,” akhirnya Nenek mengungkapkan maksud perintahnya kepada Anna.
Dilukai akan menimbulkan rasa pahit di dalam hati. Itu pertanda bahwa kasih hanya memiliki sedikit tempat dalam hati kita. Ketika kita bisa bersabar dan mengampuni, itu sama halnya kasih telah mengikis dinding-dinding kebencian yang menjadi pembatas.
Semakin besar kesabaran yang kita miliki, maka makin luas pula kasih yang kita miliki di dalam hati. Rasa pahit adalah awal dari sebuah proses kehidupan untuk menjadi lebih baik.
Mari kalahkan kebencian hingga tak seorangpun yang mampu membenci kita. Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati. (SD)