Penulis
Intisari-Online.com – Seorang pekerja, keluar dari kantornya, meliirik istana Kaisar dengan kubah yang bersinar. Ia berpikir, “Sayang sekal saya tidak dilahirkan di dalam keluarga kerajaan. Tentunya hidup akan sangat mudah kemudian.” Ia pun pergi ke arah pusat kota, lalu membenturkan secara ritmis dari palunya dan teriakan keras pun terdengar.
Para pekerja itu sedang membangun sebuah gedung baru tepat di tengah alun-alun. Salah satunya melihat petugas dengan membawa kertas, pikirnya, “Mengapa aku tidak pergi belajar, seperti yang ayah katakan padaku. Bila demikian, tentunya sekarang aku akan melakukan pekerjaan mudah, menulis sesuatu sepanjang hari, dan kehidupan akan sangat mudah kemudian.”
Pada saat itu Kaisar berdiri di sebuah jendela raksasa di istananya dan meliirik ke alun-alun. Ia melihat para pekerja, pegawai, salesman, pembeli, anak-anak dan orang dewasa. Ia berpikir bagaimana mereka baik berada di udara segar sepanjang hari, melakukan pekerjaan fisik, atau bekerja untuk orang lain, atau hanya menjadi gelandangan jalanan, dan tidak berpikir sama sekali tentang politik dan pertanyaan-pertanyaan sulit lainnya.
“Hidup sederhana yang dimiliki oleh orang-orang sederhana,” bisiknya.
Terkadang kita selalu memandang kehidupan orang lain lebih nyaman dibandingkan kehidupan kita sendiri. Sementara mereka pun demikian, memandang kehidupan kita lebih nyaman dibandingkan mereka. Seperti peribahasa “rumput tetangga lebih hijau”, demikianlah yang terjadi. Bersyukur dan menikmati hidup yang kita jalani akan membuat kita berlapang dada.