Kisah Menara Pisa; Ketidaksempurnaan Menjadi Sebuah Keajaiban

K. Tatik Wardayati

Penulis

Kisah Menara Pisa; Ketidaksempurnaan Menjadi Sebuah Keajaiban

Intisari-Online.com – Menara pisa merupakan sebuah menara miring yang terdapat di Itali. Saat ini menara tersebut menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia karena kemiringan bangunannya. Setiap orang yang berkunjung ke Italia hampir pasti tidak lupa mengunjungi menara yang satu ini.

Namun yang menimbulkan daya tarik dari menara ini justru berawal dari ketidaksempurnaannya. Pada awalnya tentu menara ini tidak sengaja dibangun miring seperti saat ini. Ternyata pembangunan total menara ini memakan waktu hampir 4 abad.

Pada awal pembangunannya menara ini didesain dibangun tegak seperti bangunan – bangunan lainnya. Namun, ketika proses pembangunan berjalan terdapat suatu masalah yaitu tanah tempat bangunan tersebut berdiri ternyata tidak kuat untuk menerima beban dari bangunan ini. Karena, bangunan tersebut dibangun di atas tanah berpasir. Akhirnya membuat bangunan tersebut miring pada salah satu sisinya. Dan ini membuat proses pembangunannya dihentikan untuk jangka waktu yang lama kurang lebih hingga 100 tahun.

Setelah melalui waktu yang lama bangunan ini dibiarkan, muncul ide untuk melanjutkan kembali pembangunannya. Berbagai upaya dilakukan untuk menegakkan kembali bangunan ini dan memperkuat tanah yang ada di bawahnya. Namun hingga kini bangunan itu menjadi unik karena kemiringannnya. Sudah kurang lebih 8 abad bangunan ini masih bisa berdiri walau dalam kondisi yang miring. Bukan hanya unik, tapi kemiringan bangunan ini pernah dimanfaatkan oleh ilmuan asal italia yang cukup termashyur yaitu Galileo. Galileo pernah melakukan percobaan dengan menjatuhkan benda dari menara ini untuk membuktikan teori gravitasinya.

Ada pelajaran yang bisa dipetik dari menara pisa ini. Menara ini bisa menjadi satu diantara tujuh keajaiban dunia dan terkenal di seluruh penjuru dunia justru karena ketidaksempurnaannya.

Di dalam kehidupan, banyak orang yang mengeluhkan sedikit ketidaksempurnaannya, namun di sisi lain ada pula orang yang dengan keterbatasan dan ketidaksempurnaannya mampu menjadi seorang yang justru lebih baik dari orang yang sempurna secara fisik. Bahkan orang yang memiliki kesempurnaan justru kerap kali mengeluh dengan apa – apa yang ada di sekitarnya.

Tentunya kita mengenal seorang Bethoven. Ia adalah seorang pemusik yang karyanya telah dikenal luas dan menjadi pemusik paling legendaris dalam sejarah. Keahliannya dalam merangkai nada dalam karyanya membuat banyak orang kagum.

Namun ternyata Bethoven itu adalah seorang yang tidak bisa mendengar alias tuli. Lalu bagaimanakah ia bisa merangkai nada – nada yang indah hingga menghasilkan suatu mahakarya. Itulah dia, keterbatasan fisik seringkali tidak membuat orang terbatas dalam hal karya, harapan, cita – cita.

Sebenarnya yang membuat orang terbatas adalah batas – batas yang dibuat pikiran. Sesempurna apapun fisik, fasilitas, potensi jika pikiran sudah membatasi maka pikiran akan mencari – cari alasan agar kita berhenti. Tapi jika pikiran terbuka walaupun sebagaimana pun sulitnya pasti ada jalan keluar dalam setiap masalah. (BMSPS)