Memberi adalah Komunikasi yang Terbaik

K. Tatik Wardayati

Penulis

Memberi adalah Komunikasi yang Terbaik

Intisari-Online.com – Video yang diunggal oleh YouTube ini sebenarnya adalah tayangan sebuah iklan operator seluler di Thailand. Tidak ada yang mengira bahwa ini sebuah iklan, tapi pesan moralnya cukup menginspirasi dan membuat terharu ketika menyaksikannya.

Kisah diawali oleh seorang pencuri cilik, yang mencuri obat untuk ibunya yang sakit, dari sebuah apotek. Mungkin pencuri cilik ini sudah beberapa kali mengambil obat dari apotek tersebut, karena ketiadaan uang untuk membeli obat. Hingga suatu saat ia ketahuan, dan sang pemilik apotek mengejarnya hingga mengomelinya.

Seorang tukang sup yang kebetulan berada di dekat mereka mencoba untuk melerai dan bertanya kepada Ibu pemiliki apotek yang terlihat marah-marah itu. Ketika mengetahui bahwa pencuri cilik itu mencuri obat untuk Ibunya yang sedang sakit, ia berbaik hati membayarkan harga obat yang dicuri oleh anak laki-laki itu. Tidak hanya itu, tukang sup itu pun masih memberikan sebungkus sup untuk anak laki-laki itu.

Pencuri cilik itu hampir tak percaya memandang kebaikan hati si tukang sup itu. Akhirnya ia berlalu dengan membawa obat dan sebungkus sup sayuran untuk diberikan kepada Ibunya.

30 tahun berlalu. Si tukang sup masih tetap berjualan di tempat yang sama. Ia masih selalu memberi makan kepada pengemis yang mampir ke warungnya. Hingga suatu hari, ternyata si tukang sup yang sudah menua itu jatuh pingsan, bahkan koma. Anak perempuannya yang selalu membantunya membawa sang ayah ke rumah sakit.

Untuk mengobati ayahnya yang koma di rumah sakit, ia harus membayar biaya yang cukup besar. Bagaimana ia harus membayar biaya rumah sakit itu? Pekerjaannya sebagai penjual sup terhenti karena ayahnya koma. Ia menemui dokter untuk membicarakan masalah pengobatan, akhirnya ia memutuskan untuk menjual warung sup itu demi biaya berobat sang ayah.

Suatu hari ketika ia tertidur dan terjaga di dekat ranjang sang ayah di rumah sakit yang sudah dioperasi atas penyakitnya, ia melihat sebuah surat tagihan rumah sakit. Dalam tagihan tersebut tertulis angka 0. Hanya saja ada pesan di bawahnya, bahwa semua biaya tersebut sudah dibayar lunas 30 tahun lalu. Bahkan tertulis, “sudah dibayar dengan 3 obat penahan sakit (painkiller) dan satu bungkus sup.”

Anak perempuan tukang sup itu mulai mengingat apa yang pernah terjadi 30 tahun yang lalu.

Demikianlah dalam kehidupan kita. Memberi, bahkan dari kekurangan kita, setidaknya akan kita terima kembali apa yang sudah kita berikan kepada orang lain. Kebaikan yang kita berikan akan dikembalikan, entah dalam bentuk apa pun, tapi tidak pada esok, lusa, atau tahun depan. Akan tiba pada waktunya.