Penulis
Intisari-Online.com -Awalnya Qaaimuddin, artinya orang-orang yang menegakkan agama Islam. Karena lidah orang Jawa sulit mengucapkannya, maka berubahlan menjadi kaum. Ketika para kaumberdiam di suatu tempat maka muncullah istilah Pakauman lebih dikenal Kauman untuk menyebut tempat itu.Kauman sudah ada sejak zaman Sultan Hamengku Bowono I memerintah. Kampung seperti ini juga ditemukan di beberapa kota besar, seperti Semarang atau Surabaya, dan berlokasi tak jauh dari Masjid Agung. Beberapa kampung di Yogyakarta ada istilah Mbah Kaum, seorang ulama kampung yang disegani dan menjadi rujukan agama Islam bagi orang-orang Kampung.Kauman di Yogyakarta unik. Di sini tinggal para ketib, penghulu yang ditugaskan oleh kraton untuk mengatur soal-soal keagamaan. Warga kampung hidup dalam kekerabatan yang erat. Tak heran tiap sore di lorong-lorong Kampung Kauman kita bisa menjumpai warga yang saling bersapa.Jalan Kampung Kauman tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antarbagian wilayah, namun juga menjadi denyut nadi keakraban. Dari tempat main sepakbola anak-anak kecil, ibu-ibu yang momong anaknya, sampai pasar kaget Ramadan.
Melewati lorong yang berkelok dan bangunan yang bersulur tanaman, sampailah kita di Masjid Agung, yang berada tepat di sisi barat Alun-Alun Utara. Berdiri sejak abad ke-17, inilah masjid tertua di Yogyakarta, sekaligus dilindungi sebagai bangunan cagar budaya.Diamati, ada jenjang untuk memasuki masjid ini, mulai dari gerbang menuju halaman, ke serambi, lalu ke inti bangunan. Dilihat dari halaman, masjidnya beratap tumpang, yang melambangkan jenjang kehidupan manusia: syariat, hakikat, dan makrifat.Sejarah mencatat, Tumenggung Wiryakusuma menjadi perancang bangunan ini. Setiap Ramadan, Masjid Agung selalu ramai dengan aktivitas keagamaan. Tradisinya pun unik, ada buka puasa bersama tiap harinya dengan menu spesial gulai kambing tiap Kamis.Gerbang di Masjid Agung menembus Kampung Kauman. Menariknya, jika tersesat di lorong-lorong kampungnya, selalu ada jalan untuk menuju ke Masjid Agung. Kalaupun tersesat silakan bertanya kepada warga. Mereka akan menunjukkan arah sekaligus banyak bercerita tentang keseharian KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, juga berasal dari Kampung Kauman.Banyak peninggalannya yang bisa disaksikan, seperti Langgar Ahmad Dahlan, yang sering digunakan untuk mengaji dan berdakwah. Sausana belajar yang tenang menarik banyak santri untuk ke sini, termasuk almarhumm Gus Dur dan Amien Rais yang pernah mengecap pendidikan agama di Kampung Kauman.Sadar pendidikan yang membawa kemajuan, Ahmad Dahlan juga mendirikan sekolah lanjutan di Kampung Kauman yang berbasis pada organisasi Muhammadiyah. Awalnya bernama Hooge School Muhammadiyah tahun 1919, lalu berganti menjadi Kweekschool Muhammadiyah tahun 1923. KH Ahamad Dahlan banyak bergaul dengan berbagai kalangan, mulai dari Boedi Oetomo yang priyayi, Van Lith SJ pastor dan guru dari kalangan Katolik, hingga para pedagang pasar.Idenya tidak hanya berhenti di Kampung Kauman, sejak tahun 1921, juga menyebar ke banyak tempat lain dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah dan organisasi sosial di bawah naungan Muhammadiyah. Siti Walidah, yang lebih dikenal Nyai Ahmad Dahlan, istri dari KH Ahmad Dahlan, ikut pula mendirikan Aisyiah, organisasi sosial untuk kaum perempuan yang juga terus berkembang hingga kini.Demikianlah, Kampung Kauman laiknya sejarah yang tak pernah habis. (Intisari/Where To Go Joglosemar)
Info:
Letak Kampung Kauman sangat dekat dengan Malioboro dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bisa dijangkau dengan Bis Trans Jogja jalur 1B, 2B, 3A, dan 3B. Saat memasuki Kampung Kauman hanya bisa berjalan kaki. Ini ada maknanya, yaitu sebagai lambang kesetaraan warga kampung.