Find Us On Social Media :

HOK Tanzil Terperosok dalam Pasir Bromo

By Verena Gabriella, Sabtu, 21 September 2013 | 12:00 WIB

HOK Tanzil Terperosok dalam Pasir Bromo

Intisari-Online.com - Inilah kisah perjalanan H.O.K. Tanzil bersama keluarganya ke Gunung Tengger yang dia tulis di Intisari edisi Desember 1977 dengan judul asli "Bertigabelas Naik Gunung Tengger".--

Menginap di Wonokitri diperlukan untuk dapat menikmati matahari terbit di Gunung Pananjaan, yang jaraknya kira-kira 10 Km. Di Dingkilik jalanan bercabang: yang ke kiri menjurus ke Gunung Pananjaan (3,5 Km) dan yang ke kanan ke lautan pasir (4,5Km). Karena esok toh akan ke kiri, maka kini kami menuju ke lautan pasir Bromo. Jalanan masih menanjak, terus sampai suatu tempat dengan tanda: kendaraan dilarang masuk.

Dari tempat ini tampak jalanan pasir agak lembek yang menurun. Dari tempat ini perkiraan lautan pasir masih kira-kira sekilo meter setengah. Walaupun jalanan selanjutnya bertanda larangan bagi kendaraan, nampak bekas roda kendaraan bermotor. Walaupun yang lain keberatan, saya kendarai mobil di jalan menurun agak terjal dengan versnelling I.

Benar juga, setelah kira-kira 200 meter pada suatu tikungan yang tajam, saya terpaksa mengerem sampai berhenti segera: Saat itu kedua roda kiri terperosok dalam pasir. Setelah semua penumpang turun, saya tidak dapat mengeluarkan mobil dari pasir, bahkan nampak makin tenggelam!

Versnelling mundur dicoba tidak menolong, hanya mengubah arah saja. Ganjalan-ganjalan berupa batu dan batang-batang pohon dicoba disertai dengan dorongan beramai-ramai ternyata sia-sia. Anak-anak sebagian telah disuruh kembali berjalan kaki untuk mencari bantuan. Sementara itu karena pelbagai usaha untuk mengeluarkan mobil dari pasir dengan cara memundurkan tidak berhasil, maka ditentukan untuk melepaskan mobil dengan maju disertai pertimbangan bagaimana nantinya balik kembali, memutar haluan di jalanan yang sempit itu dan melalui tempat di mana tadinya terperosok.

Setelah mengeruk pasir di depan mobil yang tenggelam setinggi bumper, dengan versnelling I dicoba beberapa kali dan akhirnya berhasil juga keluar. Kini baru lulus dari ujian pertama.  Di sebelah kanan berdiri tegak lurus sebuah tebing yang telah terkikis. Di sebelah kiri terdapat jurang yang dalam dengan batas jalan dari pasir lembek yang mudah longsor.

Dalam usaha memutar 180?, muka bumper diciumkan pada tebing tanah. Pada saat mundur roda belakang dijaga agar tidak melampaui batas yang terdiri dari ganjelan berupa sebatang kayu, walaupun buritan sudah di atas jurang!

Tindakan mundur-maju yang melelahkan dan berbahaya itu terjadi berpuluh-puluh kali. Bahkan pada saat sudah memutar hampir 90? jarak antar maju dan mundur tidak dapat lebih dari 10 cm! Inipun dimungkinkan dengan "menggeroakkan" tebing memakai sebatang besi (alat untuk dongkrak) sehingga mobil dapat mencium tebing lebih dalam!

Pada saat kritisnya, saya katakana kepada menantu saya: Bila pada saat mundur terlanjur, melompat keluar saja, biar mobil dikorbankan hilang! Kejam benar memang, setelah mengalami suka-duka bersama!

Setelah susah-payah selama sejam seperempat dapatlah mobil diputar haluannya dalam perjalanan balik setelah memadatkan bagian bekas tempat terperosok.