Tak Kedip Memandang Ngarai Sianok

Agus Surono

Penulis

Tak Kedip Memandang Ngarai Sianok

Intisari-Online.com - Sore masih menyisakan cahayanya ketika saya berjalan kaki menuju ke Ngarai Sianok dari The Hills. Etape Lubuksikaping - Bukittinggi Jelajah Sepeda Kompas Sabang - Padang menyisakan banyak waktu untuk melihat Bukittinggi. Selain jam gadang, saya memilih Ngarai Sianok dan gua jepang sebagai tempat yang harus saya datangi.

Ditemani Pak Budi yang orang Bukittinggi, saya menyusuri jalanan Bukittinggi yang sepi. Pak Budi sekaligus menapaktilasi sekolah ketika ia menimba ilmu beberapa puluh tahun silam. Melalui jalan kelok menurun, sampailah di depan gerbang Taman Panorama yang ada di sisi jalan besar. Beruntung loket masih buka. Dengan mengangsurkan uang Rp10.000 untuk dua tiket, saya memasuki gerbang dan langsung terpana.

Sore itu sinar mentari memang teralang mendung sisa hujan di siang hari. Namun toh masih tetap mengirimkan pencahayaan yang dramatis. Nun jauh di sana Gunung Singgalang menjulang berselimutkan sejumput awan. Sementara di depannya, sebuah ngarai raksasa membuat kita seperti noktah yang terserak di kerimbunan hutan. Sungai Batang Sianok meliuk-liuk mengalir di dasar ngarai. Dari nama sungai inilah, ngarai ini kemudian dikenal sebagai Ngarai Sianok.

Ngarai Sianok berada di perbatasan Kota Bukittinggi, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Bentangan lembah terjal ini memanjang hingga mencapai 15 kilometer. Lebarnya 200 meter dengan kedalaman jurang sampai 100 meter. Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak. Operatornya “Qurays”. Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam.

Ngarai Sianok memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan Ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir di Palupuh. Ngarai ini merupakan bagian dari patahan yang membelah dua Pulau Sumatra. Patahan yang terkenal dengan nama Patahan Semangko (bentuknya bagaikan semangka dibelah) ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau – hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) – yang dialiri Batang Sianok yang airnya jernih.

Pada bukit-bukit di Ngarai Sianok tumbuh tanaman langka seperti Rafflesia atau Bunga Bangkai. Jika ada kesempatan, kita dapat berjalan di dasar ngarai. Menyapa penduduk setempat sambil mengagumi ciptaan Tuhan. Beberapa fauna seperti monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan tapir dapat ditemui di dasar ngarai.

Dari atas Taman Panorama saja pemandangan itu begitu memukai, apalagi jika kita melihatnya dari dasar? Jadikanlah ngarai ini satu paket dengan objek wisata kawasan Jam Gadang dan Pasar Atas dalam agenda Anda saat melawat ke Bukittinggi.

Sore luruh dari waktu. Namun entah mengapa, saya masih enggan beranjak sampai petugas mengingatkan bahwa taman akan segera ditutup.